Usai diwawancarai polisi, Nadine langsung kembali menghampiri Irvan dan duduk di sebelahnya. Pria itu masih murung. Ia memegangi kepala dengan kedua tangannya.
“Gimana wawancaranya?” Tanya Irvan untuk mengalihkan pikirannya.
“Nggak banyak, karena gue cuma ketemu dan ngobrol singkat sama Alex.”
Irvan hanya mengangguk – angguk dan keduanya tampak lemas.
“Ini gara – gara gue ya?” Sesal Nadine. “Karin jadi diculik.”
“Nggak, lah!” Bantah Irvan. “Karin diculik begitu Alex tau kalau selama ini istri gue lapor polisi, ditambah video yang dikirim Yunan ke Reza tadi. Baru itu yang gue tau.”
Nadine hanya menghela nafas.
“Anak itu emang udah mencurigakan sih dari kemarin.” Celetuk Nadine dengan mata menerawang.
“Anak siapa?”
“Adhis….Adhisty ya namanya?”
“Oh, kenapa?”
“Gue perhatiin dari masuk kelas dia udah lemas. Terus pas Karin kasih tugas, dia nggak langsung kerjain malah bengong, tau – tau muntah. Gue juga udah feeling dia hamil, waktu dia bilang tambah mual nyium bau parfum gue.”
Irvan hanya menggeleng – gelengkan kepala.
“Jadi anak itu dihamilin sama si Alex ini?” Tanya Nadine.
Irvan menghela nafas sejenak.
“Karin udah feeling dari awal, kalau ada yang nggak beres sama si bajingan itu.” Ucap Irvan lemas. Perasaannya begitu campur aduk. Matanya berkaca – kaca. Sedih dan amarah campur jadi satu.
“Yah, kita orang riset memang dilatih seperti itu.” Timpal Nadine.
“Bisa – bisanya gue nggak percaya sama istri gue sendiri.” Isaknya sambil memukul – mukul kepalanya. “Yang gue kenal lebih lama.”
Sementara di sisi lain, Reza tengah berbicara serius dengan Bu Nana, Cinta dan juga Pak Ferry. Mereka berempat berdiri di bagian pojok panggung dan terdapat meja bundar disitu.
“Hasil pemeriksaan tim penyidik, rekaman CCTV sejak Alex masuk terbukti dipalsukan dan ditukar dengan yang baru. Alex bekerjasama dengan petugas ruang kontrol CCTV, Pak Kasim. Beliau sekarang sudah diamankan dan dibawa ke Polres.”
Mereka bertiga pun langsung menggelengkan kepala.
“Lalu laporan dari tim penyidik mengenai area rumah kaca.” Reza jeda sejenak. “Terdapat sidik jari Alex, Adhis, Yunan, Karin dan dua orang lainnya.”
“Dua orang lainnya?” Tanya Pak Ferry.
Reza menghela nafas.
“Sebelum kesitu, saya harus info kalau tim kami sedang menggeledah kediaman Alexander Reinhard. Saat ini info dari mereka, apartemen Alex sedang kosong tapi barangkali saja menemukan sesuatu yang berguna.”
Reza jeda sejenak.
“Lalu kami juga sudah memeriksa CCTV rumah warga sekitar area rumah kaca. Mereka memukul bagian kepala Yunan dan Karin hingga pingsan, lalu dibawa bertiga dengan Adhis dengan mobil van warna hitam. Nomor plat juga sudah kami catat.”
“Astaga.” Celetuk Pak Ferry sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Ini Pak Ferry dan Bu Nana gimana sih bisa kelolosan rekrut guru kayak gini?” Tegur Reza. “Masa nggak di cek dulu latar belakangnya? Keponakan saya jadi korban! Saya nggak tau harus ngomong apa ke orang tuanya. Mereka belum pulang dari luar negeri dan nanti malam rencananya baru pulang.”
“Maafin kami, Reza.” Sesal Pak Ferry. “Saya pakai jasa headhunter terpercaya dan nggak ada catatan kriminal dari kepolisian juga. Lalu saat interview dan analisa psikolog, menurut psikolog kami tak ada yang salah.”
“Alex ini memang penjahat profesional.” Ujar Reza. “Kalau dia sehebat ini, pasti sudah lama melakukan ini dan nggak ketahuan.”
“Padahal pertama kali datang, dia tipikal orang yang sangat menyenangkan, ramah, supel, semua orang suka sama dia.” Ujar Cinta lirih dan matanya menerawang. “Yah, memang begitu kalau pedofilia.”
“Apa kemungkinan ada korban lain di sekolah ini?” Tanya Bu Nana.
Reza menggeleng. “Itu yang sedang kami selidiki.”
Ponsel Reza pun kemudian berdenting menandakan ada pesan chat masuk.
“Oh,” Ujar Reza sambil melihat ponselnya. “Temuan sementara dari tim kami di kediaman Alex, baru bukti kalau selama ini dia mencari tau tentang Karin, Irvan dan juga Yunan. Ponselnya Alex sendiri juga tak bisa terlacak, begitu juga dengan Yunan.”
“Itu artinya dia sudah tau kan kalau Karin anaknya pensiunan Laksdya TNI AL?” Tanya Bu Nana.
Reza mengangguk. “Di sana juga ada foto kedua putri Karin dan Irvan. Saya minta tiga orang untuk berjaga di rumah mereka.”
Reza sambil membalas pesan anak buahnya.
“Bapaknya Karin apa mau diberi tau?” Tanya Pak Ferry.
Reza menggeleng. “Ini urusan polisi, lah. Nggak perlu TNI ikut campur.”
“Tapi kalau Alex punya foto kedua anaknya setidaknya Irvan harus diberi tau.” Ujar Cinta. “Takutnya Alex merencanakan sesuatu ke mereka.”