Sementara suasana di ruang auditorium sekolah, begitu chaos.
“Van, nggak ada pilihan lain! Lo telepon bapak mertua lo dan suruh kesini sekarang.” Tegas Reza.
Irvan tak langsung melakukan dan hanya mondar mandir. Dirinya berpikir sejenak, apa tepat melibatkan bapak mertuanya? Ia sudah membayangkan amukannya nanti. Ia pun menghela nafas panjang.
“Van, are u okay?” Cinta mendekatinya.
Irvan hanya menggeleng pelan, masih mondar mandir. Matanya begitu sembab dan wajahnya memerah. Penampilannya sudah tak karuan. Ia seperti kehilangan arah.
“Mba Nana, better semua kita suruh pulang aja.” Irvan bisa mendengar Cinta berujar kepada sang kepala sekolah.
“Za, ini yang nggak berkepentingan boleh pulang aja kali ya?” Tanya Bu Nana.
Reza pun mengangguk. “Oke.”
Bu Nana pun langsung memberikan pengumuman dari atas panggung.
“Anak – anak, sekarang kalian sudah diperbolehkan pulang.” Ujar Bu Nana dengan suara lantang. “ Di depan ada banyak sekali wartawan. Kalau kalian dicegat, nggak usah digubris. Happy weekend.”
Para murid langsung bernafas lega.
“Bapak dan ibu guru juga boleh pulang.” Lanjut Bu Nana.
“Kami memutuskan untuk tetap tinggal, Mbak Nana.” Ujar Boy lantang.
“Setuju….setuju…setuju!” Timpal semua guru lainnya.
“Kita para guru juga salah mengabaikan Karin selama ini.” Ujar Ernest. “Harusnya kita juga aware.”
“Saya dan Coco sebagai teman Adhis juga tetap tinggal disini, Bu.” Ujar Yasmin lantang.
“Kalian nanti dicariin orang tua.” Ujar Uus memberi pengertian. “Udah lah kalian pulang aja. Udah sore juga.”
“Kami berempat sebagai teman Yunan juga masih mau disini.” Ujar Jefri. “Kami berhak tau perkembangannya.”
“Iya kalau perlu nginap kami akan menginap.” Timpal Verrel.
“Kami berempat sebagai murid yang berdedikasi tinggi juga tetap stay, Bu.” Celetuk Natasha.
Sontak geng Adhis langsung mendelik kepada mereka.
“Elo itu beneran care sama Adhis dan Yunan atau cuma kepo doang?” Ketus Coco.
“Dedikasi…dedikasi, emang lo pikir lagi di tempat kerja apa!” Timpal Yasmin.
Coco dan Yasmin langsung tertawa.
“Udah…udah!” Bu Nana menengahi. “Yang mau stay disini langsung kabari orang tua kalian. Saya ga mau telepon sekolah terus berdering dari orang tua kalian ya!”
Para murid yang tak berkepentingan sudah bubar. Kini di ruangan auditorium hanya tersisa para guru, Pak Ferry yang sedang duduk di salah satu bangku tampak menelepon sambil marah – marah, beberapa petugas kepolisian, geng Adhis, geng Yunan dan juga geng Natasha. Nadine juga memilih untuk stay disana demi sahabatnya, Karin.
“Oiya, kalian ada yang sudah dapat kabar dari Bu Raline, Bu Gisella dan juga Bu Vita belum?” Tanya Cinta kepada para guru maupun murid yang tersisa.
Panjang umur ketiga guru tersebut akhirnya memasuki ruang auditorium.
“Kalian dari mana saja?” Bombardir Bu Nana. “Kami pikir kalian tuh diculik juga.”
“Well, tadi kami pas jam istirahat pergi keluar sekolah sebentar.” Saut Raline. “Begitu balik, kami nggak dibolehin masuk sama polisi dan suruh nunggu di depan.”
“Iya, padahal kami udah bilang kalau guru SMA juga.” Timpal Gisel.