[ 25 SEPTEMBER 2021]
Karin mengerjap-erjapkan matanya. Penglihatannya masih terasa kabur. Ia erjap – erjapkan sekali lagi dan kini terlihat lebih jelas. Ternyata sedang berada di rumah sakit. Ia merasa hidungnya dipasangi sesuatu yang adalah selang oksigen, dan juga mendengar suara monitor detak jantung.
“Bu Karin…Bu Karin.” Ia bisa mendengar suara dua orang suster memanggilnya dan satu orang suster memanggilkan dokter.
Karin memejamkan matanya sekali lagi karena merasa nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Dirinya masih mengantuk.
Beberapa menit kemudian ia membuka kembali matanya dan suaminya sudah berada disampingnya. Pria itu sudah mengganti kemeja kerjanya menjadi kaos abu – abu ketat dan jeans. Dokter dan suster sudah pergi.
“Sayang.” Panggilnya mesra namun wajahnya sembab tampak habis menangis.
“Mas.” Karin berusaha bangun. Ia melepaskan selang oksigennya.
“Eh, istirahat dulu sayang. Kamu baru aja……….”
Karin tiba – tiba merasakan perutnya begitu nyeri seperti tertusuk. Ia menyingkap selimutnya dan melihat perutnya ternyata sudah kempes.
“Loh anaknya udah lahir, Mas?” Karin shock. “Kan baru tujuh bulan?”
Irvan pun kebingungan sekaligus sedih. Mulutnya gemetaran tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun.
“Mas, anak kita mana?” Tanya Karin lagi sambil menggoyang – goyangkan lengan suaminya kencang.
Suaminya itu mencoba membuka mulut. Air matanya menetes.
“Maaf sayang.” Ucapnya terbata – bata. “Tapi…..anak kita udah nggak ada.”
Karin mengganggakan mulutnya. Matanya mulai berkaca – kaca. “Maksudnya gimana, Mas?”
Irvan terisak kemudian mengangguk. “Ya, sayang. Kamu yang ikhlas ya.”
Tangisan Karin meledak. Ia memegangi kepala dengan kedua tangannya.
“Nggak mungkin….nggak mungkin…aku aja tadi baru ngerasain tendangannya!” Ia pun menangis semakin kencang sambil menggeleng – gelengkan kepala.
“Sayang.” Irvan pun memeluk istrinya. “Maafin aku ya, anak kita nggak ketolong.”
Sontak Karin langsung memukul – mukul dada suaminya.
“Ini semua gara – gara kamu tau nggak!” Teriaknya.
“Sayang…sayang.” Irvan berusaha menenangkannya dan mencoba memeluknya kembali.
Namun Karin mendorong tubuh suaminya semakin kencang.
“Aku dari awal udah bilang sama kamu tapi kamu nggak percaya.” Makinya. “Sekarang aku jadi kehilangan bayi aku, Adhis diperkosa berkali – kali, Yunan cedera, itu semua salah kamu!”