We Were Never Really Over

Desy Cichika
Chapter #8

Momen Mendebarkan

Nazharina menghela napas panjang dan menyerah. Ia mengambil sepotong makanan dan mengulurkannya ke arah Arian dengan enggan. “Sekali doang.”

Arian tersenyum lebar, lalu mendekat untuk menerima suapan itu dengan penuh kemenangan.

Tepat saat itu, terdengar suara ketukan dari pintu.

“Arian, lo ngunci pintu kantor? Lagi ngapain lo?” Suara Maxime terdengar penuh godaan dari luar.

Nazharina hampir menjatuhkan sumpitnya. Arian, di sisi lain, tampak sangat santai.

“Kami lagi makan siang. Pergi aja dulu,” jawab Arian dengan ringan.

Dari luar, Maxime terkekeh. “Makan siang sampai harus ngunci pintu? Lo pasti lagi ngelakuin sesuatu yang lebih asyik daripada sekadar ngunyah makanan.”

Nazharina melirik Arian dengan curiga, tapi lelaki itu tetap tenang.

“Max, lo terlalu banyak omong.”

“Gue cuma penasaran. Atau jangan-jangan, lo takut ada yang gangguin aktivitas lo berdua?” goda Maxime lagi.

Arian mendengus, tampak kesal. “Gue serius, pergi nggak lo!”

Maxime tertawa kecil. “Fine. Selamat menikmati ‘makan siang romantis’ kalian.”

Langkah Maxime akhirnya menjauh.

Nazharina menatap Arian dengan tatapan penuh tuduhan. “Jadi? Kenapa kamu harus ngunci pintu cuma untuk makan siang?”

Arian tersenyum puas. “Aku udah bilang tadi, biar nggak ada yang gangguin.”

Nazharina hanya bisa menghela napas panjang. Lelaki ini benar-benar semakin aneh!

Setelah menyelesaikan makan siang, Nazharina mengumpulkan kotak makanan mereka untuk dibuang. Namun, sebelum ia sempat berdiri, Arian lebih dulu menjangkau kotak itu, membuat tangan mereka saling bersentuhan. Seketika, keduanya sama-sama membeku.

Nazharina cepat-cepat menarik tangannya. “Aku yang buang sampahnya.”

Arian mendengus, tak mau kalah. “Biar aku aja.”

Ia menarik kotak makanan itu ke arahnya, tetapi Nazharina juga tidak mau mengalah. Mereka akhirnya saling tarik menarik, dan dalam satu tarikan kuat, kotak itu terlepas dari genggaman mereka, jatuh ke lantai dengan suara yang cukup keras. Seiring dengan itu, keseimbangan mereka goyah.

“Kak—!”

Lihat selengkapnya