We Were Never Really Over

Desy Cichika
Chapter #9

Rahasia Gelap Pernikahan

Arian hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap layar komputernya. “Gue gapapa.”

Maxime mendengus, lalu duduk di sofa. “Bohong banget. Gue udah kerja sama lo bertahun-tahun dan baru kali ini ngeliat lo nggak fokus kayak gini. Kenapa sih?”

Arian diam.

Maxime menyipitkan mata curiga. “Tunggu… ini pasti soal Nazharina, kan?”

Bahu Arian menegang sedikit.

Maxime terkekeh. “Ya ampuun, bener, kan?” Ia menyesap kopinya santai. “Lo beneran tergila-gila sama mantan istri lo.”

Arian mendesah, akhirnya bersuara, “Emangnya itu aneh?”

“Nggak aneh. Cuma… menarik,” ujar Maxime dengan nada geli. “Tapi gue penasaran, lo kenapa kayak orang yang kehilangan semangat hidup? Jangan bilang dia nolak lo?”

Arian tak menjawab. Ia hanya mengusap wajah, ekspresinya penuh frustrasi.

Maxime bersiul pelan. “Wow, jadi lo bener-bener ditolak?”

“Gue nggak ditolak,” gumam Arian.

“Tapi juga nggak diterima, kan?” Maxime menyeringai. “Arian, lo mungkin jenius dalam bisnis, tapi soal cinta… lo beneran payah.”

Arian menggeram, lalu tanpa sadar bertanya, “Max… lo pernah ciuman?”

Maxime yang sedang menyesap kopi seketika tersedak. Ia menatap Arian dengan ekspresi kaget sekaligus geli. “Serius, itu pertanyaan yang ada di otak lo?”

“Jawab aja,” kata Arian datar.

Maxime terkikik. “Ya pernah, dong. Lo pikir gue cowok nggak normal?”

Arian terdiam sejenak, lalu bergumam, “Rasanya... kayak gimana sih?”

Keheningan sejenak. Lalu, Maxime benar-benar tertawa terbahak-bahak. “Tunggu, tunggu… lo serius?”

Arian menatapnya tajam, tapi itu hanya membuat Maxime tertawa lebih keras.

“Gila, Arian! Jangan bilang lo…” Maxime menutup mulutnya, matanya berbinar penuh ketertarikan. “Lo… belum pernah?”

Arian tidak menjawab.

Maxime menganga, lalu memukul pahanya sendiri. “Ya ampun! Lo bener-bener belum pernah ciuman?! Astaga, ini kejutan besar! Dan itu berarti…” Ia menatap Arian penuh rasa ingin tahu, lalu berbisik dramatis, “…lo masih perjaka?”

Arian menyandarkan tubuhnya ke kursi, mendesah dalam.

Maxime menatapnya dengan ekspresi seperti baru menemukan harta karun. “Wow. Gue nggak percaya. Seorang pewaris kerajaan bisnis besar, pria tampan, sukses, kaya raya… ternyata masih perjaka? Ini bahan tertawaan terbaik sepanjang tahun!”

Arian mendengus. “Bisa nggak sih lo jangan kelewat heboh kayak gitu?”

“Ya nggak bisa lah! Berita ini lebih gede dari yang gue bayangin!” Maxime masih tertawa. “Serius, bahkan anak magang di kantor ini pun pasti udah punya pengalaman lebih banyak dari lo.”

Arian mendelik tajam. “Lo bisa diem nggak sih, Max.”

Lihat selengkapnya