“Hei bos!” si sweater berseru melihat Ghazi yang tak kunjung bangkit.
Keterkejutan si sweater sangat jelas ketika melihat Ghazi, pria yang terkenal akan kekejamannya, yang masuk penjara setelah menjadikan ayahnya sendiri sebagai samsak tinju, dan menjadi penguasa lapas karena kegilaannya dalam berkelahi, kini justru tak berdaya hanya dengan sekali pukul oleh seorang siswa SMA. Bocah kemarin sore yang sama sekali tak terlihat punya pengalaman bertarung.
Pria berotot itu masih diam dengan tertumpu pada kedua lutut. Tatapannya kosong, napasnya pendek, dan energi seakan lenyap dari tubuhnya. Ini adalah reaksi wajar bagi orang-orang yang menghentakkan napas dengan keras saat melancarkan serangan, tapi dalam waktu singkat mendapatkan hantaman tepat di perut.
“Apa yang kau lakukan, brengsek?!” seru si botak sambil melepas Sakha lalu menerjang Laut.
Laut tetap berdiri di tempatnya, yang ia lakukan hanya mengepal tangan kiri dan meluruskannya ke atas. Namun itu sempurna mengenai dagu si botak sampai membuatnya terjungkal. Sedang si sweater lagi-lagi berseru, “Slameeet!”
Pria yang dipanggil tak kunjung bangun membuat kepanikan si sweater meningkat, hingga membuatnya melakukan serangan putus asa.
Laut yang melihat si sweater kelabakan menjawab terkaman itu dengan menghindar ke sisi kiri cepat lalu menjulurkan kaki kanannya, membuat si sweater terjungkal dan menubruk tanah berdebu. Terpogoh-pogoh si sweater bangkit lalu mengambil ponsel Laut dari saku celana Ghazi kemudian melemparnya sejauh mungkin.
Geram akan tindakan si sweater, Laut mendepak tengkuk lehernya membuat pria yang anti sosial itu hilang ingatan seketika.
“Akan kutangkap!” seru si wanita sambil melebarkan kedua tang-annya dengan mata terfokus pada ponsel yang melayang di udara.
Saat ponsel kian menukik jatuh, si wanita melompat dan menyatukan tangannya. Namun itu tak berhasil. Ponsel justru mendarat di kepalanya sebelum akhirnya jatuh ke tanah dan terinjak oleh kakinya.
Si wanita meringkuk menahan lara pada kepalanya, sementara Laut mendekat dan berkata, “Minggir,”
Si wanita yang masih keliyengan memberikan pandangan kesal sebelum akhirnya sadar kalau ia baru saja meremukkan ponsel Laut.
“Ma-maafkan aku. Itu tidak sengaja,” katanya tergagap.
Laut tak menjawab, ia hanya mengambil ponselnya yang rusak dan basah lalu merapikan tasnya yang telah diobrak-abrik oleh segerombol preman tadi.
“Hey! Kau tidak mau bilang terima kasih?!” seru si wanita meng-hentikan aksi Laut.
Pria itu menoleh dengan tatapan menusuk buat si wanita bingung harus memberikan reaksi apa. Lalu ia bangkit dan pergi keluar gang. Meninggalkan mereka begitu saja seakan tak terjadi apa pun sebelumnya.