Ketidak adilan dalam hidup sering kali terjadi. Atau barangkali, kita sendiri yang menuntut akan keadilan itu sendiri.
Bagi Rika, bertemu dengan ayahnya adalah hal yang menggembirakan. Ia bisa mengakui pada dunia bahwa ia mempunyai seorang ayah, tidak seperti apa yang teman-temannya ucapkan. Kedatangan ayah bagai angin segar untuknya, tapi tidak untuk ibunya.
Sedangkan bagi Raka, ketidaktahuannya akan sesuatu yang terjadi antara dua orang dewasa yang ia sebut sebagai ayah dan bunda membuatnya bertanya-tanya, siapakah gadis kecil yang dibawa oleh Ayah kerumah yang beliau sebut sebagai adiknya?
Adik?
Bukankah seorang adik terlahir dari perut bundanya? Tapi setahu Raka, Bunda belum hamil lagi setelah insiden keguguran waktu itu.
Lalu siapa gadis yang ayah sebut sebagai adiknya itu?
Darimana asal adik yang ayah bawa?
Sedangkan dia anak tunggal disini!
"Nisa, tolong terima Rika seperti putrimu sendiri," ucap Bagas pada istrinya, ia tahu kepulangannya kali ini membawa sejuta luka dihati Nisa.
Air mata kesedihan itu membasahi wajah Nisa. Rasanya tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bayangkan saja, hal yang tidak pernah ia pikirkan dalam hidupnya sekarang berada di depan matanya sendiri.
Suaminya selingkuh.
Suami yang ia cintai telah berkhianat.
Dan pengkhianatan itu sudah membuahkan hasil.
Anak bernama Rika, hasil dari perselingkuhannya dengan entah siapa perempuan itu, berada dihadapan matanya.
Bayangkan saja, seberapa sakit perasaan yang harus dia tanggung. Rasanya, Nisa ingin bumi menenggelamkannya saja daripada ia harus menerima kenyataan pahit ini.