Sabtu malam, 22 Februari 2020
Sebagai seorang ISFJ1, aku lebih suka mengamati ketimbang ikut terlibat aktif dalam suatu pembahasan. Menjadi seorang penyimak sepertinya memang zona nyamanku. Seperti menjelang tidur malam ini, aku memperhatikan sebuah grup yang tiba-tiba menggeliat kembali setelah vakum selama lebih dari 3 tahun ke belakang. Betul, kami, anggota dalam grup itu, sudah tidak bertemu satu sama lain lebih kurang sepanjang waktu itu. Dan grup satu ini, yang kami namai dengan grup “kelompok 1 angkatan 42”, tiba-tiba ramai sebab salah satu dari kami, ber-12 orang ini, mengabari kalau ia hendak menikah.
Semua orang dalam grup itu mendadak excited sebab mengira pernikahan teman kami ini bisa menjadi momen reuni yang spesial. Pasti ada banyak cerita yang akan dibagikan. Mungkin juga banyak kisah yang telah berubah (kuharap nasib masing-masing menjadi lebih baik), serta perkenalan beberapa anggota junior yang baru pertama kali akan kami jumpai secara langsung.
“Di Temanggung ada hotel yang kidsfriendly nggak sih?” tanya salah satu temanku setengah meledek. “Kan lumayan kalau mau bawa keluarga. Sekalian bisa main-main. Kalau bisa yang ada waterparknya, atau paling nggak ada kolam renangnya. Syukur2 ada bonus playground-nya, minizooooo, yg mini-mini jg gpp,” ia menambahkan.
“Aku juga ngarepnya gitu sis. Tapi kayaknya semua hotelnya serba standar ya. Belum ada yang fasilitasnya komplit gitu. Udah aku search pake aplikasi mana pun tetap ga muncul. Jangan-jangan bener ni Temanggung asal katanya “tanggung”. Semuanya jadi serba tanggung,” tulis temanku yang lainnya.
Aku masih malas berkomentar. Meladeni tiap olok-olokan mereka. Betul, mereka hanya mengolok-olok. Sudah cukup basi sejak kami guyon dengan materi yang sama beberapa tahun yang lalu, kami semua telah paham kalau industri perhotelan di wilayah Temanggung tak banyak mengalami perubahan. Daerah Temanggung dan daerah asalku, Wonosobo, selalu saja menjadi sasaran empuk bulan-bulanan dalam mencontohkan daerah, yang mereka sebut sebagai daerah kurang berkembang, agak tertinggal, katrok, kampungan, dan kata-kata semakna sama lainnya.
Sebenarnya jelas, aku sangat tidak setuju dengan lelucon mereka itu. Mereka menyusun indikator daerah maju secara serampangan dan tentu saja hanya berdasarkan kesenangan mereka. Tapi lagi-lagi, aku tidak mau ikut campur dan terlibat dalam obrolan atau pembahasan semacam itu.
“Kalau Mall ada nggak?!” tulis teman saya si peledek lagi.
“Hush! jangan jauh-jauh dulu … Indoapril ada? Alfam*ret?”
“Wkwkwk”
“Ojo baper, le. Gojek tok.”
Aku hampir saja terpancing. Spontan ingin kuingatkan kalau candaan mereka itu harusnya sudah berubah usai 3 tahun menapaki kehidupan barunya sendiri-sendiri. Tapi biarlah. Mungkin saja, itu adalah luapan kangen-kangenan usai lama tak kontak-kontakan. Kalau bertemu dengan mereka secara langsung, mereka tak semenyebalkan itu! Sebenarnya orang-orangnya sangat baik dan ramah. Mereka banyak sekali membantuku selama kuliah.
“Eh, serius gaes. Besok habis resepsian kita sewa vila saja apa ya?” tulis salah satu teman laki-lakiku. “Ada yang bagus ini di lereng Sindoro. Ulasannya cukup bagus. Empat koma delapan. Sekalian kita main ke Posong atau Embung Kledung pas sore atau paginya. Kalau kalian setuju, nanti aku yang booking-kan. Tanggal 22 Maret ya ….”
“Boleh deh.”
“Aku ikut aja!”
“Eh bentar-bentar, gimana menurut tuan rumah Teje. Recommended nggak tempatnya ya? Jangan-jangan yang ngasih review karyawan sama keluarga ownernya sendiri wkwk.”
Cukup lama tak ada balasan.
Aku pun menanti-nanti respons dari teman bernama Teje ini, tapi lewat 10 menit, tak ada sebaris kalimat pun, atau sebiji emotikon pun, yang ia ketikkan.
Lalu temanku yang suka gojek tadi mengirimkan, “Si Teje mana sih? Malah ngilang tu anak. Ooo … emang dasar tukang ngilang!”
Dan obrolan malam itu terhenti begitu saja di tengah-tengah pembahasan sebab si Teje tak kunjung membalas. Mungkin ia sudah tidur. Itu yang bisa kukatakan pada diri sendiri sembari menghampar selimut. Tak ada gunanya bergadang pada weekend untuk jomblo ngenes sepertiku.
* * *
Kamis sore, 12 Maret 2020