Wedding in Pandemic

S Tajudin
Chapter #14

Bukan Sembarang Hari Tenang

Kamis, 19 Maret 2020

Setidaknya ada 2 hari tenang (lebih tepatnya masa tenang) yang pernah kukenal sepanjang hidup. Pertama, masa tenang jelang ujian akhir pada saat masih duduk di bangku SMP dan SMA. Dan yang kedua adalah masa tenang saat pemilu. Beberapa hari jelang pemungutan suara, tiap orang tidak boleh melakukan kampanye. Kedua jeda waktu itu diselenggarakan agar pikiran bisa lebih rileks dan segar, baik dalam mengerjakan soal-soal ujian ataupun memilih jagoan politik terbaik.

Dan hari Kamis ini, sepertinya aku mendapatkan kembali masa tenang itu sebelum besok mengucap janji suci pernikahan. Sebelumnya, perhatian dan tenagaku telah terkuras habis-habisan hanya agar hari besar nan spesial besok ini bisa terjadi. Detik demi detik hari-hariku terlewati tanpa pernah terlepas dari sensasi dag-dig-dug yang menggelayuti. Tapi sekali lagi, kupastikan hari ini adalah hari tenang ketigaku. Jadi aku hanya akan mencoba untuk relaks. Pikiran-pikiran negatif, prasangka berlebihan, dan semua hal yang berpotensi menganggu kesehatan mental sudah coba kunetralkan. Aku juga tak mau mengingat-ingat tugas PNS-ku karena semua tanggung jawab harian sudah kudelegasikan. Sementara semua persiapan terkait nikahan, aku juga sudah menitipkannya kepada orang kepercayaan. Semuanya sudah komplet. Tinggal doa saja yang mesti kupanjatkan.

Di rumah, selama morning tea pagi ini, semua anggota keluargaku berkumpul sama-sama saling berbagi cerita. Ada keseruan yang pecah sekaligus tawa yang renyah usai molekul-molekul renjana1 bertumbuk dan berikatan kuat membentuk senyawa kasih dan cinta. Kami tergelak sampai terbahak-bahak mendengar lelucon yang dilempar oleh masing-masing yang berkelakar. Bisa jadi, sebagian dari kami sebenarnya potensial untuk ikut audisi Srimulat bila memang berminat.

Bersama mereka, tak hanya terwujud hawa rindu. Tapi juga ada iba. Ada terenyuh yang begitu menyentuh. Kala menyaksikan wajah tulus mereka, aku tak tahu apakah aku harus lebih banyak senang atau sedih. Senang karena mereka semua datang dari tempat-tempat yang jauh semata-mata hanya untuk menyukseskan acaraku. Dan sedih karena secara tidak langsung telah membuat mereka menjadi lebih dekat dengan hukuman denda dan marabahaya.

Bagaimana tidak, puluhan bahkan ratusan kilometer telah mereka tempuh dengan mengesampingkan banyak kekhawatiran; khawatir gagal melintas karena penyekatan, khawatir terinfeksi corona selama di perjalanan, serta kekhawatiran-kekhawatiran lain yang pasti menjangkiti benak orang yang nekat bepergian jauh di masa seperti ini. Tapi Tuhan memang mahabaik. Saat ini, mereka semua sudah sampai di Parakan dalam kondisi sehat dan selamat.

Termasuk ke dalam bahan obrolan pagi ini adalah merembukkan berapa banyak kendaraan yang akan dipakai untuk mengantar seluruh pengombyong manten ke upacara akad di Jogja. Disampaikan oleh mas Kholiq jika kendaraan utama yang akan digunakan adalah bus besar dengan kapasitas 60 tempat duduk.

Selain itu, dibahas pula anggota keluarga yang akan tinggal untuk menemani ibu di rumah. “Besok adalah jadwal ibu ganti perban,” ujar mbak Fatih kepada yang lain. “Harus ada yang tinggal menemani ibu,” tambahnya lagi meyakinkan yang lainnya supaya lebih memperhatikan dengan saksama.

Aku yang sedari tadi diam, kini tak mau kalah urun rembuk. “Jangan lupa juga besok yang mau ikut ke Jogja untuk didata. Terus hasilnya disetorkan ke bidan desa. Jangan lupa lo ya. Nanti dikira aku nggak amanah lagi!”

Dan mereka menjawab berganti-gantian.

Meski menyenangkan hanyut dalam obrolan kangen-kangenan, tapi mereka tidak lantas hanya duduk-duduk diam saja sepanjang hari. Pukul 7 pagi selepas morning tea lantas sebagian melaksanakan salat duha, semaan quran kembali dilanjutkan. Mbak Aida lagi-lagi kebagian giliran untuk membaca juz dari Quran, yang kini telah sampai pertengahan. Adapun yang lain, yang tidak ikut menyimak semaan, mereka kebanyakan membantu bu Farida menggoreng kacang atau membuat kroket kentang di dapur. Aku sendiri sehabis mandi akan meluncur ke gedung Mandala untuk mengawasi secara langsung proses dekorasi arena pernikahan. Pendekorasian lokasi ngunduh mantu sudah dimulai sejak hari ini dan akan berlangsung selama 3 hari ke depan. Semoga saat selesai tulat nanti, dekorasinya bisa sesuai dengan yang aku harapkan.

Aku sangat senang menyaksikan keluargaku bisa berkumpul kembali secara komplet setelah hampir setahun hanya bertatap-tatapan lewat panggilan video. Terakhir, kami bertemu saat momen lebaran tahun lalu.

Lihat selengkapnya