Gheana Danishwara POV
" Ia bahkan akan menikah dan berani-beraninya menggodaku"
Aku kesal bukan main saat klienku yang tak tau diri menggoda ku. Aku tau bahwa ia mempunyai wajah di atas rata-rata meski begitu bukan berarti ia berhak menggodaku seperti itu. Tapi senyumnya juga menawan bahkan cara memperlakukan ku pun tanpa cela tapi dia menggoda ku secara terang-terangan membuat ku kesal.
Enam bulan lagi akan menikah dan ia tau bahwa aku akan mengurus pernikahannya. Tapi apa yang ia lakukan, menggoda ku di hari pertama pertemuan kami. Mungkin ia mengalami gangguan mental atau sejenisnya hingga bertingkah laku seperti itu. Orang waras mana yang menggodaku yang jelas-jelas akan menyiapkan pernikahannya.
"Halo Gheana ini Kean dan jangan berani-berani kamu memutuskan telfon ini" aku membulatkan mata tak percaya ia bahkan masih berani menelfon ku padahal sudah ku tegaskan aku tak mau berhubungan dengannya jika tidak dengan Diana, calon istrinya. Dia bahkan mengancam di kalimat panggilan telfonnya.
"Balik kebelakang" perintahnya membuat ku berhenti menghentikan langkah dan berbalik kebelakang. Pria itu berdiri di hadapan ku dengan tangan kanan yang menggenggam ponsel yang ditempelkan ke telinga kanannya. Ia mematikan sambungan telefon dan mendekat pada ku.
"Ayo pulang dengan saya, gak baik perempuan pulang sendirian malam-malam" ia menggandeng tangan ku dengan tidak sopan. Aku sontak melepaskan genggaman tangannya. Aku sudah cukup lelah karena seharian aku mengurus gedung pernikahan dan sekarang ia mau main-main dengan ku.
"Maaf pak Kean saya bisa pulang sendiri" ucap ku kemudian berjalan secepat yang aku bisa. Sayangnya langkah kaki Kean masih lebih cepat daripada milik ku. Kini ia bahkan sudah di hadapan ku menghalangi jalan ku.
"Ini perintah klien Gheana" apa yang ia bilang, perintah klien? Apa telinga ku tak salah mendengar. Aku tau ia klien ku dan boss ku selalu berkata bahwa perlakukan klien-mu seperti raja dan penuhi keinginannya. Tapi aku tak mungkin mengikuti perintah klien gila ku yang satu ini.
"Saya akan mengikuti perintah anda kalo ada hubungannya dengan pekerjaan" tutur ku berusaha terlihat profesional. Aku bahkan harus menahan napas tak ingin amarah menguasai ku.
"Kalo gitu kamu gak akan menyesal kalo saya aduin kamu ke boss kamu" sial ia membawa-bawa nama boss.
"Saya kenal dengan Pak Adrian, atasan kamu. Saya sahabat baiknya" sial ia bahkan mengenal boss-ku.
"Maaf pak Kean, tapi saya bawa kendaraan" aku mengelak. Ia menggeleng kemudian bilang bahwa supirnya akan membawa mobil ku dan aku tetap harus pulang bersamanya.
"Baiklah" desah ku karena aku tau bahwa aku takan menang melawan laki-laki menyebalkan dihadapanku. Aku melihat ia tersenyum menang membuatku muak.
***
Aku berada di kursi penumpang milik Kean. Jika ia tak membawa nama boss-ku aku tak sudi berada satu mobil dengannya. Aku rasa besok aku akan meminta Hani menggantikan ku melayani Kean.