Wellang

Hadis Mevlana
Chapter #18

Salmon Spesial

Raya dan Rona berjalan mendekat sambil membawa hasil masakannya. Berbeda dari hari sebelumnya, menu makan malam kami kali ini lebih banyak variannya. Beruntung siang tadi kami menyempatkan membeli beberapa kebutuhan logistik di Kosco Asian, Supermarket yang terletak di 19 Shotover Street di jalan utama Queenstown. Barang-barang yang ditawarkan di sana cukup lengkap. Tidak hanya menyediakan bahan makanan, tapi juga menyediakan alat-alat kebutuhan rumah tangga.

Hampir 80% barang yang kami butuhkan tersedia di sana. Termasuk beras dan bahan makanan utama lainnya. Di sana, kami pun bisa mendapatkan mie instan yang paling populer di Indonesia. Aku menyempatkan diri untuk membeli. Beberapa mie instan kesukaanku, rasa soto mie. Meski harganya lumayan mahal di sini, tapi tak apalah demi mengobati rindu makanan negeri sendiri.

Beberapa bahan makanan lainnya yang tidak kami dapatkan di Kosco Asian kami cari di tempat lain. Sebenarnya di sepanjang jalannya pun banyak sekali toko-toko yang menawarkan dagangan, tapi sayangnya kami tak menemukan barang yang kami butuhkan. Akhirnya, kami mencarinya di Alpine Supermarket yang merupakan waralaba dari Four Square. Jaraknya pun cukup dekat, sekitar 100 meter dari Kosco Asian Supermarket.

Hal paling penting belanja kali ini, kami tidak perlu merogoh kocek cukup dalam. Total uang yang kami keluarkan untuk berbelanja kebutuhahan hampir dua hari ke depan hanya NZ$ 7.88 dari budget yang kami anggarkan sebanyak NZ$ 10.

 “Voila… makanan sudah siap,” ucap Raya sambil menaruh makanan di atas meja.

Menu makan malam kali ini sangat istimewa. Kali ini kami memakan steak salmon yang dimasak langsung oleh Raya. Masakan Raya memang selalu nikmat. Wajarlah usaha kulinernya di Bandung selalu ramai pengunjung. Selama perjalanan di sini kami mengandalkannya untuk memasak.

Setahuku baru kali ini Raya mengolah salmon. Namun, rasanya tak kalah dengan masakan yang sudah biasa dimasaknya. Olahan bumbu rahasia yang digunakan Raya menambah rasa menjadi luar biasa. Berlipat-lipat lezat. Pun yang tidak kalah penting adalah salmon yang menjadi bahan utamanya. Salmon segar yang kami beli saat singgah di Alpine Salmon Farm ketika dalam perjalanan dari Wanaka menuju Lake Tekapo.

Baru kali itu aku melihat langsung bagaimana salmon dibudidayakan. Peternakan salmon yang letaknya berada di hampir 2000 meter di atas permukaan laut itu menjadikannya sebagai lokasi peternakan salmon tertinggi di dunia. Berada di sana merupakan pengalaman yang sangat luar biasa. Aku sangat kagum ketika mengetahui konsep peternakanya. Alpine Salmon Farm dibangun di tepi jalur hydro canal di mana air dari kanalnya berfungsi untuk memproduksi listrik. Mereka mengoperasikannya menggunakan konsep eco-sustainability di mana mereka menggunakan energi tenaga surya. Selain itu, mereka juga mendaur ulang seluruh limbah yang dihasilkan.

Baru kali itu juga aku berani memakan ikan. Terlebih kali ini yang kumakan itu ikan mentah. Padahal aku sangat tidak menyukai ikan. Hampir bisa dipastikan aku tidak mengkonsumsi ikan. Bukan karena alergi. Bisa dibilang aku ini phobia. Ya, phobia dengan ikan. Bahkan makanan yang sudah tersentuh ikan pun tak mau kumakan. Mual mencium bau amisnya.

Awalnya bukan karena kemauanku tapi hasil dari keisengan Raya dan Rona. Mereka memaksaku memakan salmon segar saat kami singgah di Alpine Salmon Farm. Sebelumnya aku pernah memberanikan diri mencicipi salmon, tapi itu pun yang sudah dimasak. Namun, kali itu mereka memintaku memakan salmon mentah. What?

“Masa sudah jauh-jauh ke sini nggak nyobain?” ucap Raya saat itu.

“Ogah … lo aja sana yang makan.”

“Kalo lo berani makan ini," tantang Raya sambil menunjukkan irisan salmon ke wajahku, “bensin kali ini gue yang bayarin, bagaimana?”

Aku menghindar karena jijik. Sementara, Raya tersenyum bahagia melihatku yang menampilkan ekspresi muka mual menahan muntah.

“Berani nggak?” tantang Raya sekali lagi.

Rasa kompetisiku bangkit. Aku tak mau dianggap remeh. Aku tak mau terlihat lemah di mata siapa pun. Sambil berpikir sejenak dan menetralkan kembali rasa mual akhirnya aku menerima tantangan dari Raya.

“Oke. Lumayan hemat kantong buat beli bensin.”

Lihat selengkapnya