Wellang

Hadis Mevlana
Chapter #22

Uang Receh

Sang bocah tersenyum bahagia sambil mengamati pavlova di tangannya. Namun, tak berselang lama kulihat wajah sang bocah tampak muram. Ayahnya terlihat bingung melihat perubahan raut wajah anaknya yang tiba-tiba. Ayahnya mencoba menghibur. Namun, sang anak hanya menunduk lalu melihat kue-kue yang dipajang di balik kaca. Tampaknya sang ayah paham dengan apa yang menjadi keinginan anaknya. Lalu, ayahnya bertanya kepada sang anak tentang keinginannya.

“Loh kok cemberut?”

“Ayah, aku mau makan kue yang itu bolehkah?” tanya sang anak sambil menunjuk kue tart besar yang di atasnya bertabur buah-buah segar.

“Boleh,” ucap ayahnya sambil tersenyum.

“Asyiiiikkk ...,” teriak sang anak kegirangan, “aku mau ayah ... aku mau.”

“Boleh.”

“Serius, ayah?”

Sang ayah mengangguk. Sang bocah berloncat-loncat kegirangan.

“Tapi nanti, tidak sekarang,” ucap sang ayah.

“Yaaaahhh ....”

Mendadak sang bocah lemas tak bergairah mendengar jawaban sang ayah. Dia menyandarkan tubuh kecilnya ke dinding toko kue dengan rasa kecewa. Tak berapa lama kulihat matanya berkaca-kaca.

“Tapi ayah kan sudah janji dari bulan kemarin. Ayah ingat kan kalau aku juara kelas ayah akan berikan aku kue yang lezat. Aku kan sudah juara kelas. Tapi ayah masih belum penuhi janji,” ucap sang bocah dengan air mata meleleh di pipinya.

“Iya, sabar ... uang ayah ternyata masih belum cukup, sabar yaaa ...,” ucap sang ayah sambil membelai rambut sang anak memintanya bersabar.

“Nanti ayah bekerja lebih giat supaya ayah dapat uang tambahan lagi. Nanti kita beli kue yang kau suka, bagaimana?”

Lihat selengkapnya