Wellang

Hadis Mevlana
Chapter #40

Khawatir

Sejujurnya jika harus memilih, maka aku memilih untuk tetap berada di dalam campervan. Bukan bermaksud tidak sopan atau tidak menghargai Runi dan Om Bira. Namun, aku khawatir pertemuan ini akan membangkitkan kenanganku di masa lalu. Kenangan pahit yang sedang berusaha kukubur dalam-dalam dan tak ingin kuingat kembali. Sebab aku tak ingin usahaku memperbaiki diri selama bertahun-tahun ternoda karena pertemuanku dengan mereka.

Dua orang di masa lalu itu begitu membekas dalam ingatanku. Seruni Pratiwi dan Danu Bira Tresna, dua orang yang memiliki hubungan darah itu pernah mewarnai hari-hariku. Warna yang semula kukira indah. Namun, nyatanya berakhir dengan bencana. Hubunganku dengan mereka memiliki masa-masa paling hitam dalam hidupku. Masa yang membuatku lupa untuk bersyukur sebagai hamba-Nya.

Aku yang terjerembab dalam dosa dan kini tengah berusaha memperbaiki diri untuk lebih baik di hadapan-Nya. Namun, hari ini? Mengapa mesti mengingatkanku lagi dengan masa-masa itu dengan dipertemukan lagi orang-orang di masa lalu?

“Ya Allah, mengapa aku mesti bertemu dengan mereka lagi?” batinku.

Raya sepertinya membaca gelagatku yang terlihat tak nyaman lalu ia mendekatiku. Raya menanyakan apakah aku baik-baik saja. Aku hanya mengangguk pelan. Namun, bukan Raya namanya yang bisa percaya begitu saja. Dia hapal betul dengan sifatku karena kami sudah bertahun-tahun dalam kebersamaan.

“Kamu baik-baik saja, Wellang?”

Aku mengangguk pelan tanpa melihat matanya. Aku masih pura-pura sibuk dengan mengecek isi tasku.

“Are you Ok?” tanya Raya sekali lagi.

Lagi-lagi aku mengangguk. Kali ini aku menatap mata Raya sambil tersenyum untuk meyakinkannya. Raya mendekatiku. Sepertinya dia merasakan ketidaknyamanan yang aku rasakan.

Lihat selengkapnya