Wellang

Hadis Mevlana
Chapter #42

Mengungkap Sebuah Rahasia

Runi tampak lebih tenang. Tidak seperti beberapa tahun lalu. Aku mengenalnya saat kuliah di semester dua. Dia begitu agresif mengejarku. Tak jarang dia sering lebih dulu berinisiatif mengajakku nonton atau sekadar menemaninya makan siang di kantin kampus. Dia yang memintaku untuk menjadi pacarnya. Aku mengiyakan saja meski saat itu dengan perasaan masih hampa. Aku yakin cinta akan tumbuh karena terbiasa.

Benar saja, perhatian dan kasih sayangnya ibarat benih yang disebar di hati lalu tumbuh bermekaran bunga-bunga. Makin hari, aku makin nyaman berada di dekatnya. Akhirnya aku pun merasakan juga bagaimana rasanya jatuh cinta. Entah apa sebenarnya kelebihanku di matanya. Entahlah apa yang menarik dariku hingga ia begitu jatuh cinta. Padahal banyak lelaki yang lebih tampan dan juga kaya raya yang mengejar untuk menjadikan dia pacarnya.

Namun, Runi selalu menghindar. Katanya ia lebih nyaman berada di dekatku yang terlihat sederhana dan tampil apa adanya. Yang pasti sejak mengenalnya aku mendadak romantis. Aku sering kali membuatkan untuknya kata-kata puitis. Mungkin itu yang membuatnya melayang tinggi ke udara serasa bidadari nan jelita.

Banyak lelaki yang sakit hati dengan Runi dan menuduhku telah berbuat jahat. Aku difitnah menggunakan ilmu hitam untuk meluluhkan hati Runi. Aku dituduh telah melakukan guna-guna melalui tulisan-tulisan puisi yang sering kuberikan padanya. Aku tak mempedulikan fitnahan mereka. Sebejat-bejatnya perbuatanku aku masih tahu dosa besar jika menyekutukan-Nya. Aku tulus mencintai Runi dari hati. Bukan sebuah kepura-puraan. Bukan pula seperti tuduhan mereka yang mengatakan aku mencintainya karena dia anak orang kaya dan ingin memanfaatkannya.

“Dasar orang kampung miskin. Kau mendekati Runi, karena mau dengan hartanya kan?” ucap salah seorang yang pernah sakit hati kepadaku karena Runi menolak cintanya.

Makin hari aku makin merasakan perhatian Runi yang makin melimpah. Dia tak mempedulikanku yang saat itu tak bisa memberikannya apa-apa seperti kebanyakan lelaki kepada kekasihnya. Bahkan sebaliknya, dia kerap memberikan perhatiannya dengan melalui hadiah-hadiah mahal yang aku sendiri tak sanggup membelinya: jam tangan, sepatu dan barang-barang bermerk lainnya. Runi begitu baik hati dan makin membuatku jatuh cinta. Runi hanya selalu berusaha ingin membuatku bahagia.

Runi yang sudah terlanjur jatuh hati tak mampu menolak segala apa yang kuminta. Mungkin ada benarnya ucapan mereka yang mengatakan aku jahat karena ingin memanfaatkan Runi untuk kepentingan pribadi. Aku tak pernah meminta sesuatu secara frontal. Kadang hanya sekadar iseng berucap, tapi anehnya dia selalu berusaha mewujudkan semua yang kuminta. Bahkan termasuk saat aku meminta kehormatannya. Ah, hina sekali rasanya jika harus mengingat kejadian malam itu. Aku yakin dia akan membenci dan menyimpan dendam kesumat yang begitu dalam.

Lihat selengkapnya