Kami pun beranjak dari kafe dan berjalan memasuki lorong menuju pesawat yang berhiaskan pemandangan alam New Zealand yang tampak alami dengan adanya sound kicauan burung yang saling bersahutan.
“Hi, Uncle Prince….”
Kudengar ada suara memanggil namaku. Kubalikkan badanku. Kulihat dua gadis kecil berteriak memanggilku sambil melambai-lambaikan tangannya. Kukerutkan dahiku mencoba melihat dengan seksama wajah-wajah sang bocah yang sepertinya tak asing lagi di mataku. Kulihat kedua gadis kecil itu seperti meminta izin kepada ayah ibunya untuk menghampiriku. Benar saja mereka berlari-lari kecil ke arahku.
Kali ini aku bertemu dengan mereka lagi setelah pertemuan sebelumnya di Lake Tekapo beberapa waktu lalu. Ini kali ketiga perjumpaanku dengan mereka. Pertama sekali kami bertemu saat mendarat di Bandara Queenstown. Saat itu mereka salah masuk barisan saat antri di imigrasi. Dengan santainya Alma menghampiriku lalu bergelayutan di kakiku. Mungkin ia mengira aku ayahnya yang juga sedang mengantri menunggu giliran.
“Alma … Papa di sini ….,” ucap sang ayah waktu itu.
Alma langsung melihat ke wajahku dan buru-buru melepaskan tangannya saat tahu yang sedang digelayuti itu bukan ayahnya. Alma segera berlari ke ayahnya yang sedang mengantri di belakangku. Sang Ayah meminta maaf padaku atas kelakuan putrinya. Aku tersenyum sambil membelai lembut kepala Alma. Alma yang malu langsung bersembunyi di belakang ayahnya.
“Halo Uncle Prince…,” ucap Alma sambil memberikan senyumnya yang manis padaku.