Aku harus sukses!
Alif mengulang mantera itu untuk yang ke sekian kali sejak bus pertama kali berangkat dari kecamatannya. Mesin bus kecil yang membawanya ke Ibukota provinsi berderum kencang sebentar, sebelum kemudian mati dengan menyentak.
Penumpang bus berebut ingin keluar. Alif tetap duduk dengan sabar di kursinya yang memang terletak di paling belakang. Tidak ingin mengambil resiko untuk memaksa berdesakan keluar dan malah merusak semua barang bawaannya.
Aku harus sukses! Ulang Alif dalam benaknya. Dia mengangkat kardus yang sudah terikat tali agar lebih mudah untuk dibawa. Dia mengikuti seorang nenek yang berjalan keluar dengan sabar.
Setelah turun dari bus, dia segera keluar dari terminal dan menyambung perjalanan menaiki angkot bernomor 120. Dia sudah bertanya kepada Kakak kelasnya yang sudah lebih dahulu kuliah dan merantau ke Ibukota Provinsi tersebut.
Alif meletakkan dua kardus bawaannya yang berisi beberapa pakaian dan banyak buku. Beberapa penumpang tampak tidak nyaman dengan bawaan Alif yang banyak dan menyumpal di dalam angkot. Tetapi Alif tidak ambil pusing.
Dia melihat ke luar melalui jendela angkot yang buram. Asap kendaraan tampak memenuhi jalanan. Demikian pula pedagang keliling yang sibuk menghampiri penumpang di terminal. Pun tukang becak motor yang mengerubungi penumpang yang turun dari bus, berharap salah satunya menjadi rezeki mereka.
Alif menatap semua aktivitas itu sambil merancang beberapa rencana untuk ke depan. Matanya tampak tajam dan penuh visi yang kuat. Kamu harus fokus, Alif! Kamu harus membawa perubahan di dalam keluarga! Harus!