What If

DN Pertiwi
Chapter #9

Alif, Sekarang

Suara tinggi Nike Ardila yang menggaungkan lagu Panggung Sandiwara menggema di ruangan yang setengah kosong itu. Alif meletakkan kardus cokelat yang sedang ia pegang di lantai, kemudian mengambil ponsel yang ia letakkan di meja dekat jendela.

Nama yang tertera di layar membuat Alif cepat-cepat mengangkat panggilan tersebut.

“Iya, Bri?”

Alif bersandar ke meja sambil mendengar celotehan perempuan itu. Masih cerewet seperti biasa. Mengomeli hal-hal remeh yang terjadi pada hari itu. Mengomentari perempuan yang memakai kombinasi pakaian aneh di depan kafenya. Terakhir mengatakan bahwa teh hijau yang hari ini dia minum rasanya pahit.

Alif menanggapinya dengan tawa kecil.

Memangnya ada teh hijau yang manis?

Setelah dua menit penuh, Bri menghentikan ocehannya untuk menarik nafas. Alif masih menunggu Bri bersuara kembali.

“Lif, kamu jadi pindah?”

Ditodong pertanyaan seperti itu membuat senyum Alif mengendur. Gantian ia yang menghela nafas. Sengaja mengembuskannya agak keras agar Bri mendengarnya.

“Jadi,” jawab Alif kalem. Matanya memandang ke langit-langit rumah yang sudah dia tinggali 3 tahun belakangan. Dengan jemari yang mencengkram pinggiran meja lebih erat dari yang tadi.

Pertanda bahwa dia tidak setenang nada suaranya.

“Tapi, kamu bakalan tetap ….”

Lihat selengkapnya