Pasti Adam merasa Zoya adalah wanita yang konyol juga udik, pasalnya diusia yang setua ini ia memiliki mobil tetapi tidak mempelajari bagaimana membuat kartu kredit sendiri dan malah menerima saja kartu kredit suami yang alhasil saat bercerai harus dikembalikan. Zoya merasa masa bodoh dengan pemikiran orang lain tentang dirinya, ia selalu berusaha mandiri dan menjadi wanita yang bebas tidak terkungkung di dalam rumah. Tapi terkadang apa yang ia usahakan tidak berjalan dengan semestinya.
Pertama adalah insiden kartu kredit, Zoya mempunyai satu sebelum tertelan ke dalam mesin ATM. Saat ia akan membuat yang baru, ia sudah menjadi ibu rumah tangga yang harus dirumah setiap waktu karena mengurus mertua yang sedang sakit. Suaminya pun langsung memberikannya kartu kredit dan mengatakan jika semua uang didalamnya miliknya, dan siapa yang tau jika sekarang dirinya bercerai.
Kedua, masalah terkungkung dirumah. Ia tidak menyalahkan ayah mertuanya yang sakit saat itu. Zoya malah sangat senang karena dalam perawatannya, ayah mertuanya sudah sehat seperti sedia kala dalam kurun waktu satu tahun, itu benar-benar suatu keajaiban bagi pemulihan orang yang mengalami stroke. Hanya saja saat itu, ibu mertuanya benar-benar strict soal jadwal Zoya diluar rumah.
Zoya memiliki pribadi yang mandiri dan cenderung pendiam. Dia juga adalah orang yang berprinsip banyak bekerja dan sedikit berbicara. Seperti hari ini, ia ingin bisa kembali seperti masa remajanya dulu melakukan semua hal yang bisa dilakukan sendiri, ia tidak ingin berpangku tangan pada orang lain lagi. Setelah mengaktifkan kembali kartu kreditnya, ia berencana pergi ke supermarket membeli beberapa barang pribadinya. Tak sengaja disana ia bertemu dengan saudara sepupunya.
Wanita yang anggun meski hanya menggunakan pakaian kasual itu, sibuk memilih beberapa buah yang disuguhkan di supermarket. Zoya nampak bimbang untuk menyapanya, setaunya sepupunya ini sedang tinggal di Amerika mengikuti suaminya yang sedang menempuh pendidikan lagi.
“Kak Hani?”
Wanita yang dipanggil Zoya itu pun menoleh, dalam 3 detik senyumnya pun mengembang. Dilepasnya troli yang ia pegang dan menghambur kepelukan adik kecilnya yang selalu menjadi kesayangannya. “Zoya, aku rindu padamu.”
Zoya tampak berkaca-kaca, rupanya ia tidak sendirian di kota ini. “Kak Hani kenapa nggak bilang kalau lagi di Indonesia, aku kangen banget.”
“Maaf ya, aku baru sampai kemarin masih ngurus-ngurus barang pindahan jadi lupa ngehubungin kamu. Kenapa nangis sih? Nanti aku jadi ikutan nangis” Hani melepas pelukannya dan mengusap pipi Zoya.