Saat di dapur Marisa tidak banyak bicara, tetapi ia cukup sering melirik Zoya. Memperhatikan bagaimana ia memotong sayuran dan mengoseng bumbu di wajan.
Zoya cukup fokus di dapur dan tidak terlalu memikirkan apakah Marisa memperhatikannya atau tidak, karena dengan ia mengajak Zoya untuk memasak di dapur sudah membuat wanita itu sumringah.
Makanan sudah matang dan siap di sajikan, seluruh Keluarga Wiranegara berkumpul di meja makan. Zoya sudah mengetahui identitas dua wanita yang sangat ramah menyapanya. Mereka adalah kakak kandung Adam. Wanita berambut panjang yang sangat ekspresif itu bernama Adinda dia anak pertama Marisa dan Ahmad. Kalau wanita berambut pendek dengan tahi lalat di bawah mata bernama Alia, ia anak kedua, beberapa kali Zoya sedikit memperhatikan cara bicaranya dan merasa bahwa Alia sedikit gagap. Tapi Zoya mencoba tidak memperdulikan hal tersebut, takut Alia tersinggung.
Ahmad juga banyak menceritakan keluarganya saat makan siang. Rumah ini adalah milik orang tua Ahmad, ia memiliki 3 saudara semuanya laki-laki. Mereka akan berkumpul di rumah saat ada acara khusus dan liburan tahun baru. Kakek Adam adalah pengusaha mebel kayu dan sekarang di teruskan oleh Alia -Kakak kedua Adam- tapi terkadang Ahmad masih ikut bergabung untuk membantu. Sedangkan paman-paman Adam bekerja sebagai dokter, pengacara, dan dosen. Adam dan Adinda terinspirasi oleh pamannya, alhasil Adam memilih untuk bekerja sebagai dokter dan Adinda sebagai pengacara. Sebelumnya memang perusahaan mebel ini akan diwariskan kepada Adam, namun ia tidak mau. Adinda cukup aktif membantu perusahaan mebel tersebut, sebagai pengacara ia membantu mengurus masalah perusahaan seperti pengesahan kontrak kerjasama.
Setelah makan siang Adam mengajak Zoya ke kamarnya, karena mulai hari ini sampai hari pernikahan Zoya akan tinggal di rumah ini. Berbeda dengan kamar di rumah Adam yang minimalis dan bernuansa gelap, disini kamarnya lebih cerah dengan paduan warna kuning gading dan ukiran kayu yang cukup mendominasi. Spreinya bewarna putih bersih, Zoya yakin itu baru saja diganti.
“Ini kamarku, kau bisa menggunakannya selama disini. Astaga...” Adam berkacak pinggang melihat tirai yang di pasang di sekeliling kasurnya. “Ini pasti kerjaannya si Adinda, tirai ini tidak ada sebelumnya” ucap Adam berdecak kesal.
Zoya berfikir apakah Adam juga memperlakukan kakaknya seperti ia memperlakukan wanita di luar sana. Mengkritiknya dengan kata-kata pedas dan tidak menghormatinya. Panggilan barusan pun sudah menjawab keingintahuan Zoya tersebut.
Adam meletakkan tas ransel yang Zoya bawa ke atas sofa. Zoya mencoba untuk duduk di atas kasur. “Bisa kita bicara sebentar?” tanya Adam pada Zoya sambil duduk di sisi seberang kasur.
Wajah Zoya menatap Adam dengan seksama, “ Papa sudah menentukan tanggal pernikahan kita. Hari Jum’at minggu depan, undangannya hanya keluarga dan teman dekat. Kau boleh mengundang siapa pun, nanti mungkin kakakku akan meminta daftarnya namanya. Aku tidak bisa mengambil cuti mendadak, jadi mungkin aku akan sering tidak berada disini”