What is Love

Vera Shafira
Chapter #19

Restu

Zoya dan Marisa sedang menunggu antrian pemeriksaan di ruang tunggu Klinik Kasih Bunda. Hari ini Adam menghubungi Zoya melalui pesan singkat, memintanya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di klinik.

Adam Wiranegara

0821 xxxx xxx

Aku sudah buatkan janji dengan seniorku, dr.Farid. Datanglah ke Klinik Kasih Bunda jam 15.00 WIB, akan ku kirimkan lokasinya. Setelah aku menemui pasien, aku akan segera menemuimu.

Adam

 

Sebelum pergi ke rumah orang tua Adam, mereka sudah bertukar nomor telepon untuk memudahkan berkomunikasi. Tapi baru kali ini Adam menghubungi Zoya dan melalui pesan singkat yang tidak lain hanya menyuruhnya untuk pergi melakukan pemeriksaan kembali.

Menunggu memang membosankan, begitu juga yang di rasakan oleh Marisa yang ikut masuk ke klinik bersama Zoya. Tetapi ia tidak mau menghilangkan kebosanan itu dengan memulai percakapan, ia lebih memilih diam. Sesekali Zoya terlebih dahulu memulai percakapan walau hanya menanyakan apakah Marisa lelah dan sekedar menawarkan air mineral untuknya.

Sesuai janjinya pada Zoya, setelah melakukan pemeriksaan pada pasiennya Adam segera menemui Zoya. Dari kejauhan Zoya dapat melihat tubuh Adam yang menjulang tinggi, memperhatikan deretan kursi tunggu untuk mencari dirinya. Tidak langsung memberitahukan keberadaannya dan Marisa, Zoya memperhatikan Adam dari kejauhan.

Memang tidak dipungkiri bahwa laki-laki yang sebentar lagi menjadi suaminya itu memiliki paras yang tidak bisa di bilang jelek. Wajahnya Indonesia asli, kulitnya putih, dan rambutnya selalu di sisir rapi. Hari ini Adam terlihat lebih segar dan menawan. Celana khaki dan kemeja biru muda yang berkerah band collar memberi kesan kasual. Tapi tetap saja, apapun yang dipakainya orang akan tau bahwa ia bukan orang biasa yang kurang kerjaan berjalan di ruang tunggu klinik. Kharisma dan wibawanya sebagai seorang dokter selalu terpancarkan.

Benar saja, mata para ibu hamil yang menunggu di bangku ruang tunggu menatap lekat ke arah Adam. Perawat yang berpapasan dengannya tidak lupa menyapa dan mengumbar senyum, hingga ada satu yang datang menghampiri Adam.

Percakapannya tidak sampai terdengar di kursi tempat Zoya duduk tetapi ia dapat membaca pergerakan bibir perawat tersebut. “Dok, mau didahulukan?”

Adam menjawab dengan senyum ramah, “Tidak usah, saya menunggu saja.”

Zoya melambaikan tangan, Adam yang melihatnya segera menuju ke deretan tempat duduk. Adam lebih dulu mendekati Marisa dan mencium tangannya, “Mama ikut kesini juga?”

“Tadi habis fitting baju sama Zoya, jadi sekalian kesini”

Lihat selengkapnya