Zoya duduk di kursi penggugat ruang sidang Kantor Pengadilan Agama Yogyakarta seorang diri. Pikirannya fokus pada setiap ucapan sang Hakim, sampai ia melihat sendiri palu putusan di ketuk 3 kali dan menggema di seluruh ruangan. Ia sudah resmi bercerai, terdengar berkali-kali ucapan syukur di kubu seberang.
“Aku juga harus bisa bersyukur karena telah terlepas dari sebuah tekanan yang menyesakkan ini,” ucap Zoya dalam hati seraya memasang headseat dan melenggang keluar.
Melihat Zoya yang pergi melenggang begitu saja tanpa menyapa, menjadi bahan gerutuan Amira kembali.
“Lihat, sopan santunya sudah hilang. Harusnya aku tahu jika dia tidak hanya mandul tetapi juga tidak punya sopan santun” ucap Amira dengan wajah meremehkan.
“Mama jangan bicara begitu, Zoya tunggu.” Akbar yang akan mengejar Zoya dihentikan dengan sigap oleh Amira.
“Mau kemana kamu?”
“Ma, izinin aku bicara sama Zoya sekali saja.”
“Nggak, kamu sudah bercerai dengan dia. Jadi kalian sudah tidak punya hubungan yang mengharuskan kalian bicara lagi.”