Kemarin, Zoya baru saja mendapatkan email dari sebuah perusahaan pakaian bernama Shopper yang ingin menggaetnya sebagai fotografer untuk peluncuran online shop mereka. Zoya tidak lupa menghubungi Sisil untuk mengajaknya ikut proyek ini karena sebelumnya ia pernah mengajaknya untuk membuat sebuah bisnis jasa fotografer. Sisil sangat senang dan setuju untuk mengikuti proyek ini.
Adam yang hari ini mendapatkan tugas untuk jaga siang pun menyempatkan diri untuk membantu Zoya mengepak barang yang diperlukan. Sedari mereka kembali tinggal di rumah Adam, Zoya sudah diberikan banyak wejangan oleh Adam. Sebenarnya ia tidak melarang Zoya untuk bekerja dan malah menyarankan untuk mencari kegiatan yang dapat menghilangkan kebosanannya di rumah walaupun dengan syarat beban kerja tetap dalam batas normal. Begitu juga dengan pekerjaan rumah, Zoya sudah diperingati oleh Adam untuk jangan mengangkat barang yang berat dan melakukan pekerjaan rumah yang terlalu berat karena pekerjaan itu sudah akan di kerjakan oleh Rini. Ia juga berulang kali menjelaskan bagaimana bagusnya kinerja Rini dan tidak ada yang perlu Zoya khawatirkan masalah pekerjaan rumah.
“Aku nggak tau pulang jam berapa nanti, tapi kayaknya sorean deh. Mau makan di rumah atau di rumah sakit?” tanya Zoya yang sudah akan bersiap menyalakan mobilnya.
Adam menutup pintu bagasi dan menghampiri Zoya di pintu pengemudi. “Makan di rumah sakit aja biar nggak terlalu malam, cek sekali lagi ada yang ketinggalan atau nggak? Aku nggak mau di hubungin cuma buat nganterin barang ketinggalan.”
“Iya, iya ini udah semua kok.” Zoya yang sudah duduk di kursi pengemudi, mengurungkan untuk menyalakan mesin dan menghampiri Adam yang melihat dengan lekat gerak-gerik Zoya.
“Ada yang salah?” tanya Zoya yang sudah di hadapan Adam yang berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada.
“Sebenernya aku khawatir kalau kamu kerja, karena aku nggak tau seberapa berat beban kerja profesi kamu ini.”
“Ini nggak berat, kalau aku enjoy itu artinya ini pekerjaan yang menyenangkan dan mudah. Aku akan selalu inget pesan kamu, kalau keram perut tarik nafas dan istirahat. Kalau keram perut dan keluar darah walaupun itu hanya flek aku harus kerumah sakit. Bener kan?”
“Good.” Adam menganggukkan kepala tanda setuju.
“Aku pergi sekarang.”
“Ya” Zoya berbalik dan melihat Adam yang masih dengan ekspresi datar yang biasa terpasang di wajahnya.”One kiss?”
Zoya tertawa mendengar permintaan Adam yang tidak terduga ini. Ia pun mendekat kembali dan Adam menangkup wajah Zoya menempelkan bibirnya di puncak kepala, pipi, dan leher Zoya. “ Adam geli, banyak banget sih? Katanya cuma satu?”
Bibir Zoya mengerucut kala Adam menjadi serakah, “Menurutku itu satu.” Adam tertawa karena ia merasa aneh pada diri sendiri yang bisa melontarkan kata-kata seperti gombalan itu. “Tapi kenapa kau bisa mendapat tawaran saat belum mengirim portofolio? Kau meminta orang untuk merekomendasikanmu ya? Curang sekali”
“Kok kamu ngomongnya gitu sih, aku nggak pernah minta orang ngerekomendasiin aku ya. Mungkin ini perusahaan yang sempat bekerjasama dengan kampusku jadi dia bisa dapat beberapa data alumni dan langsung menghubungiku. Aku pergi sekarang aja deh, mood-ku jadi nggak bagus lama-lama ngomong sama kamu”
Zoya langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya. Ia kesal dengan Adam yang kadang menanyakan sesuatu tapi dengan nada yang meremehkan.
*****
Di lokasi pemotretan, Zoya dan Sisil menemui manajer yang mewakili perusahaan untuk menjelaskan tujuan dan konsep peluncuran online shop kali ini. Zoya sempat ingin memperlihatkan beberapa portofolio miliknya untuk memberikan gambaran hasil foto yang Zoya ambil.
Namun manajer itu menolak, “ Mbak Zoya, saya percaya sama kemampuan mbak. Soalnya mbak di pilih langsung sama CEO kami, jadi saya tidak akan meragukan hasil kerja mbak.”
Sisil menasehati Zoya untuk tidak terlalu banyak berfikir dan lebih fokus pada proyek kali ini karena job awal yang mereka dapat ini merupakan pijakan awal bagi usaha mereka untuk bisa berkembang dan di kenal. Melihat beberapa staff yang sudah menyiapkan semua perlengkapan termasuk dengan model yang akan mengenakan produk pakaian Shopper, Zoya pun ingin menyingkirkan pertanyaan dan keraguan Adam dari kepalanya supaya ia bisa tetap fokus menyelesaikan proyek ini dan tidak memusingkan siapa yang memberinya pekerjaan.
Ada sekitar 20 pasang pakaian, 25 aksesoris, dan 10 pasang sepatu dengan beberapa varian warna yang akan di luncurkan oleh Shopper. Semuanya pengambilan gambar baru bisa di selesaikan pukul 8 malam. Pemotretan sebuah produk tidaklah mudah, dari yang Zoya yang pelajari bukan hanya soal lighting, penggunaan kamera, atau pun pose modelnya. Yang terpenting dari sebuah foto produk yang menarik dengan nilai jual tinggi adalah tetap menjunjung konsep atau tema yang akan diusung, sehingga kelebihan produk dapat terlihat unggul. Penyesuaian dengan tema inilah yang membutuhkan pemikiran yang cukup dalam karena membutuhkan adanya pemilihan teknik pemotretan, properti yang sesuai, komposisi warna yang pas dan juga background.
“ Mbak Zoya dan Mbak Sisil terima kasih atas kerja kerasnya hari ini, mungkin lusa kami akan mengundang mbak untuk pemilihan hasil foto yang akan kami gunakan. Apa mbak bisa?”