Handphone Akbar berbunyi, menampilkan nama seseorang yang sudah ia hubungi puluhan kali sejak lama. Akbar pun langsung menjawab pada deringan pertama. ”Zoya, kenapa kau baru menelpon? Sekarang kau tinggal dimana?”
“Apa kau yang merekomendasikan namaku?”
“...”
” Jika memang kau yang melakukannya, aku tidak ingin kau melakukannya lagi. Kita sudah bercerai, aku tidak butuh perhatianmu lagi.”
“Tapi bagaimana kau di luar sendirian?”
“Aku tidak sendirian, ada Sisil dan kekasih baruku. Mereka berdua sangat membantuku dan sekarang aku sedang merintis usahaku bersama Sisil. Kami bisa mencari project lain dengan usaha kami sendiri.”
“Kau punya kekasih ? Bukankah kita belum lama bercerai bagaimana bisa kau...” Akbar tidak percaya jika Zoya bisa menjalin hubungan dengan lawan jenis secepat ini. Setahu dirinya, Zoya tidak memiliki teman dekat laki-laki, jadi memiliki pacar baru itu sama sekali tidak mungkin.
“Apakah kau sadar dengan pertanyaanmu? Kau tidak ingat, ada seorang wanita bernama Angel di rumahmu? Bukankah dia istrimu? Jadi jangan terkejut jika aku bisa melakukan hal yang sama. Aku hanya ingin kau tidak mengganggu hidupku saat ini.”
“Zoy...” Belum selesai dirinya bicara, Zoya langsung menutup panggilan tersebut.
Akbar pun menghembuskan napas dengan kasar, ia sungguh tidak menyangka jika perceraian membuat Zoya sangat berubah. Saat menjadi istrinya dulu, Zoya hanya berbicara dan tersenyum manis padanya. Saat marah pun dia hanya diam, tidak pernah meninggikan suara atau menyindirnya seperti tadi.
Angel yang sedang selesai memasak menghampiri Akbar yang terduduk lesu di ruang makan. Ia juga sempat mendengar hembusan nafas kasar suaminya itu. “Telepon dari siapa mas?”