Sorenya dengan ditemani Rini, Zoya menuju klinik dengan taksi. Sesampainya disana ternyata Adam sudah menunggu di depan klinik dengan masih menggunakan baju identitasnya yaitu snelli putih yang di dada kirinya terdapat bordiran nama dan lambang Klinik Kasih Bunda.
Adam menghampiri taksi tersebut dan membantu Zoya keluar, sebelum Rini keluar dari taksi Adam membungkukkan badan meminta sang supir menunggu sebentar dan lanjut berbicara dengan Rini.
“Mba Rini, terimakasih untuk hari ini maaf menghubungi di luar jam kerja. Zoya sudah bertemu saya, Mba Rini bisa pulang dan beristirahat. Ini untuk hari ini.” Adam menyerahkan sebuah amplop putih pada Rini.
“Bapak nggak usah, kan saya dapat bayarannya setiap bulan. Bapak nggak usah sungkan hubungi saya untuk datang ke rumah jagain ibu, pendidikan saya sudah mau selesai pak dan akhir-akhir ini sedang tidak sibuk.”
“Ambil saja, biar saya tenang. Nggak masalah buat apa aja, mau beli buku, beliin ibu baju, terserah Mba Rini saja. Pak, ini ongkos taksinya ditambah dengan ongkos buat perjalanan pulang ke alamat mba ini ya.”Adam memberikan 2 lembar uang bewarna merah.
“Bapak, ongkos saya pake gaji hari ini saja.” Gerakan tangan Rini mengembalikan uang Adam sudah dicegah lebih dulu oleh Adam yang menutup pintu mobil.
“Sudah, jangan sungkan. Pak, silahkan jalan.”
“Terima kasih pak.” ucap Rini.
Setelah taksi itu pergi, Adam memasukkan snelli putihnya ke dalam mobil dan mengambilkan kursi roda untuk Zoya. Awalnya Zoya menolak karena ia rasa masih sanggup berjalan, tapi Adam mengatakan hal ini dilakukan untuk sang cabang bayi karena dengan meminimalkan gravitasi dapat mengurangi keguguran spontan.
“Ny. Zoya.” Perawat keluar dari ruangan sambil membawa catatan medisnya juga beberapa hasil pemeriksaan laboratorium yang sebelumnya sudah dilakukan dan mempersilahkan Zoya masuk.