Mendekati persalinan meninggalkan Zoya sendirian menjadi terlalu riskan, Adam pun meminta Rini untuk bekerja 5 hari dalam seminggu tapi dirinya cukup memberikan kelonggaran jikalau Rini harus pergi ke kampus. Di hari jum’at sampai dengan sabtu jika Adam sibuk dan tidak bisa menemani Zoya di rumah maka orang tua Adam akan datang untuk menemani Zoya, seringkali mereka juga menginap.
Minggu kemarin pun Marisa dan Ahmad menemani Zoya untuk berbelanja perlengkapan bayi. Zoya sangat senang karena mertuanya itu cukup bersemangat menemaninya. Beberapa kali Marisa sempat menggerutu karena Zoya dan Adam memilih untuk tidak mengetahui jenis kelamin anak mereka, hal ini membuat mereka bertiga harus mencari pakaian dengan warna dan desain yang universal bisa digunakan bayi laki-laki maupun perempuan.
Hari jum’at ini orang tua Adam akan datang sedikit terlambat, mungkin sehabis makan siang karena mereka memiliki urusan yang harus diselesaikan lebih dahulu. Rini tidak bisa datang karena hari ini adalah sidang kelulusannya, Zoya pun mengatakan untuk fokus dan setelah itu beristirahat di rumah karena terkadang Rini sangat sering menyempatkan diri datang menemaninya di siang hari atau sore hari menunggu Adam pulang padahal Rini baru saja dari kampus menyiapkan tugas akhirnya.
Alhasil, pagi ini hanya ada Adam yang bersiap berangkat ke rumah sakit dan Zoya yang sibuk memasak di dapur. “Adam, cepetan keluar. Makanannya udah siap, nanti keburu dingin.” teriak Zoya dari dapur.
Adam berjalan menuju meja makan terlihat Zoya sedang merapikan beberapa peralatan dapur yang ia gunakan untuk memasak. Di tengah gerakannya, Zoya berhenti sejenak dan wajahnya berubah serius. Adam bisa menebak bahwa Zoya sedang mengalami kontraksi, hal ini wajar karena usia kehamilan Zoya sudah memasuki minggu ke-37 dimana kontraksi palsu sering datang yang lamanya hanya sekitar 30-70 detik yang kadang datang 1-3 jam sekali.
Zoya telihat menggenggam ujung meja dan menggigit bibir bawahnya, mungkin ia merasa kali ini lebih terasa dari biasanya. Adam pun mendekat, “ Are you okay?”
Tidak ada jawaban dari Zoya, ia hanya menempelkan kepalanya pada dada Adam dan salah satu tangannya mengcengkram lengan Adam. Adam memijit-mijit ringan pinggang Zoya untuk membantu mengurangi rasa nyeri saat kontraksi datang.
“Huft...” suara Zoya menghembuskan nafas terdengar sedikit keras, ia pun memandangi Adam dan tersenyum. “Tadi terasa sedikit lebih kuat kontraksinya, padahal baru banget masuk 37 minggu ya.”
Zoya dan Adam menikmati sarapan mereka dengan cukup tenang. Selama sarapan Adam terus memperhatikan istrinya. Kekagumannya pada wanita yang ia nikahi dengan seidkit paksaan ini tidak pernah sama sekali mengeluh atau merengek bahwa dia mengalami kesulitan. Seperti sekarang ini dilihat istrinya duduk sedikit tidak nyaman karena perutnya yang semakin membesar, ia juga terlihat letih sehabis memasak bahkan dirinya tidak sadar ada beberapa helai rambut yang terlepas dari ikatannya.
Adam berinisiatif untuk merapikan rambut istrinya, ia menyelipkan di balik telinga Zoya dan perlakuannya di balas dengan senyuman ucapan terima kasih.”Capek ya?”
“Sedikit, akhir-akhir ini jalan dari kamar ke dapur aku udah gos-ngosan.” Ucap Zoya diakhiri dengan cengiran.
“Sabar ya, tinggal beberapa minggu lagi. Jangan dibawa pikiran, santai saja. Nanti pulang dari rumah sakit mau dibawakan apa?”
“Iya tenang aja, hmmm.... apa ya? Aku agak pengen yang manis sih. Gimana kalau martabak manis aja? Yang rasa coklat sama keju.”
“Oke, nanti aku belikan.”
*****
Lewat tengah hari, Marisa menghubungi Zoya menanyakan kabarnya dan meminta maaf jika ternyata urusannya memakan waktu lebih banyak dari yang ia janjikan. Mertuanya itu akan menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan bisa segera menemani Zoya. Karena merasa mengantuk akhirnya Zoya memilih untuk tidur siang sambil menunggu kedatangan mertuanya.
Suara bel rumah terdengar berulangkali sepertinya orang yang menekannya tidak sabar ingin cepat dibukakan dan Zoya terpaksa membuka matanya. Ia bangun dari tidurnya dengan perlahan, duduk sejenak berusahan mengumpulkan kesadarannya. Kontraksi pun datang lami menghambat Zoya untuk segera membukakan pintu, mungkin sekitar setengah menit dirinya berusaha mengatur nafas dan menahan rasa nyeri.