What is Love

Vera Shafira
Chapter #36

Mari Kita Berpisah Dengan Cara Yang Baik

Usaha Amira membawa pergi bayi Zoya dapat dihentikan setelah panggilan bantuan direspon dengan cepat oleh perawat. Mereka mengembalikan bayi tersebut dan membawa Amira ke kantor security. Hal gila yang dilakukan Amira ini ternyata karena dirinya tidak bisa menerima jika cucunya yang dilahirkan Angel tidak terlahir sempurna. Bayi Angel terlahir dengan kelainan jantung yang disebut dengan Atrial Septal Defect (ASD) dimana septum antara dua serambi jantung mengalami kebocoran dan membuatnya masih dalam pemantauan dokter di ICU. Walaupun dokter sedang berusaha menangani kelainan tersebut, Amira merasa bahwa cucunya tidak akan bertahan lama karena kelainan itu dan ia pun nekat mengambil anak yang dilahirkan Zoya karena mendengar bayi tersebut lahir dengan keadaan sempurna dan sehat.

           Setelah diperbolehkan pulang ke rumah, Zoya melewati masa nifasnya dirumah dengan tidak begitu mulus. Ia mengalami baby blues. Di siang hari ia memang mampu melakukan pekerjaan rumahnya seperti memasak dan mengurus anaknya dengan baik. Tapi saat malam hari ia akan sering menangis dan merasa takut jika bayinya akan dibawa pergi. Jika Adam bersamanya ia akan dengan mudah menenangkannya tapi sebaliknya saat Adam sedang mendapat shift malam, Zoya tidak akan bisa tidur dengan nyenyak dan terus menangis walaupun Adam sudah mengirim siapapun ke rumahnya untuk menenangkannya. Adam pun berniat menyelesaikan masalah ini, ia meminta Akbar datang ke rumahnya dan berbicara dengan Zoya.

           Seperti perjanjiannya dengan Zoya, hari ini Akbar datang sendiri ke rumah Adam. Ia duduk di ruang tamu rumah itu, Akbar terlihat berbeda rambutnya tidak disisir dengan rapih dan tidak ada kemeja licin dan celana bahan yang biasa ia kenakan tapi hanya sebuah kaos polos bewarna hitam dengan celana jeans.

           “Adam, aku takut dia akan membawa pergi Habibi.”

           “Bicarakan baik-baik dengannya, aku yakin dia juga mengerti karena ia juga seorang ayah. Aku akan berada disini saat kau menemuinya, jika kau butuh bantuan cukup panggil aku. Semua keputusan ada di tanganmu dan Akbar, bicara dengan kata-kata yang baik dan tenang jangan terpancing emosi. Mengerti!”

           Zoya mengangguk, ia pun menggendong Habibi dan membulatkan tekadnya menemui Akbar. Mata Akbar langsung tertuju pada tubuh mungil yang digendong oleh Zoya.

Lihat selengkapnya