Menjadi ibu tak pernah mudah.
Titel ibu adalah paling mulia setelah banyaknya pujian pada manusia sebagai pemimpin muka bumi. Wanita kuat yang diciptakan untuknya dua tangan; satu untuk anak, satunya lagi untuk suami. Sosok yang ditakdirkan untuk melahirkan kehidupan, mencerdaskan generasi, dan pembawa kebahagiaan dalam rumah tangga.
Begitu indah pemaknaannya, tapi tak pernah semudah itu menjalankannya.
“Sini gantian, sayang.”
Sudah dua minggu sejak bergadang jadi rutinitas tambahan. Badan Dira remuk tak karuan, pundaknya terasa mau copot. Bolak-balik menggendong dua bayi menyita seluruh hidupnya. Tapi ia mencintai mereka.
Ia tidak tahu lagi bagaimana merapihkan rambut yang kusut, tak pernah lagi tersentuh sisir di tepi kaca. Ia juga lupa kalau di dunia ini ada yang namanya lulur, tapi, toh, jangankan mandi, cuci muka saja tak sempat.
Rendi bolak-balik di dalam kamar, melantunkan ayat-ayat suci berharap tak ada setan yang mengganggu tidur si bayi. Matanya sudah berat menopang larut malam. Ia sadar tak bisa gantian. Adiknya dari kampung, Yanti, sudah tak kuat bergadang karena sejak siang tidak henti menyelami tangisan.
“Sepertinya kita harus tambah satu nanny lagi, sayang.” Ujar Rendi pada istrinya.
“Kata Mama ini hanya sampai aku selesai nifas, kok, lagipula tidak enak bawa banyak orang di rumah Mama.” Jawab Dira sembari merebahkan diri di samping Hasan yang mulai menangis, “cup, cup, sayang, yuk nyusu, ya.”
“Kalau begitu kita harus segera pindah ke rumah kita sendiri, supaya banyak yang bisa bantu kita.” Sahut Rendi, masih terus menimang Husein, rewelnya mereda.
Tangis Hasan membahana seketika, tak sabar karena puting dada ibunda tidak juga pas memenuhi rongga mulutnya. Menyusui adalah pembelajaran yang lama, latihannya tidak bisa sekali-dua kali. Telapak tangan Dira mengarahkan buah dadanya ke target lapar, sulit, apalagi jerit bayinya membuat sakit kepala.
“Hasan, Hasaaan...! Yuk, yuk, jangan nangis, ini Bundanya di sini...!” Rendi menyahut sabar, rnenenangkan bayi satunya di pinggir ranjang.
Belum kering bekas jahitan yang membelah perutnya, ditambah setres yang tak henti membebani pikiran. Dira melepas lelah, menarik napas panjang. Ini sudah jam tiga malam, tapi belum juga damai dari momen kelam.
Sang Nenek datang, mengetuk pintu dan buru-buru bantu menggendong, “Oooy, sayang Nenek, sayang Nenek..., cup cup cup...” lalu menoleh ke arah Dira, “kapan terakhir nyusunya?”
“Jam dua.” Jawab Dira pendek. Terlampau letih.
Ibunya langsung membawa Hasan ke luar, menimangnya sambil berkeliling rumah. Perlahan vokal tangis itu melenyap, bersama sosok neneknya yang berjalan menuju gelap.
Rendi menyerahkan Husein untuk giliran disusui. Dira memiringkan badan, menyiapkan hati agar bisa bahagia—karena bayi dapat merasakan suasana mood ibunya. Supaya sukses mengasihi, maka perbaiki dulu hati.
-0-
Tumpukan kado yang berserakan di sudut ruang jadi perhatiannya selama beberapa saat. Setelah yakin kedua bayinya terlelap, ia beranjak dari ranjang dan menghampiri kumpulan barang berbagai bentuk yang dibungkus kertas warna-warni. Ia suka menerima hadiah, namun kali ini terlalu lelah untuk membuka masing-masing anugerah. Mengurus dua anak sekaligus—di pengalaman pertama—benar-benar perjuangan ekstra. Ia sudah banyak diedukasi mengenai kelahiran dan anak kembar, tapi nyatanya tak semudah kata-kata.
Ada satu yang menarik perhatiannya. Sebuah box besar yang tidak dilapis kertas kado melainkan hanya ditempeli sepotong kartu ucapan. Gambar di kardus putih menginformasikan isinya adalah lemari susun khusus bayi. Dira bersyukur mendapat kiriman hadiah besar meski ia sudah memilikinya, namun yang jadi atensinya adalah si pengirim.
Faruq.
Seorang teman yang dulu pernah mengisi masa lalunya. Ia tidak lagi berkomunikasi kecuali saat bertemu di gedung tempatnya bekerja. Hanya saat itu, sisanya sebagai penonton story di instagram, itu pun tak selalu ada.
Ia lantas mengambil gawai dan membuka sosial media. Dicarinya perbaharuan status sang kawan, lalu membalasnya—agak ragu menyapa, tapi ia putuskan untuk berani menyambung silaturahim kembali. Ia tuliskan ucapan terima kasih atas hadiah yang dikirimkan dan mendoakan agar temannya sehat selalu.