What's Wrong with Me?

Andini Lestari
Chapter #9

Masihkah Tentang Abi?

***

“Makan siang dimana sekarang?” tanya Hani sambil merapikan buku dan kotak pensilnya ke laci bawah meja. “Tapi sekarang aku bawa makan siang sih.”

“Di sini aja. Lagi malas desek-desekan di kantin nih, katanya ada ada beberapa alumni yang lagi main ke sekolah. Males ketemu mereka sumpah, kita harus jaim,” tukas Tania mengeluarkan kotak bekalnya.

Sarah menyenggol bahu Tania gemas, “Halah, bilang aja malas ketemu mantan.”

“Eh, mantanku nggak datang kesini!”

“Tuh, kamu tahu kabar mantan!” celetuk Hani kemudian tertawa.

“Udahlah, makan disini aja, lagi malas gerak. Toh pada bawa bekal ‘kan?” Aku mengeluarkan bekalku yang memang pagi tadi kusiapkan sendiri.

Setelah aku dan Hani berbalik untuk makan berhadapan dengan Sarah dan Tania, suara ketukan di pintu terdengar. Kami menoleh.

Nampak Bu Yulia tengah berdiri di sana.

“Saya mau ke Tania.”

Tania yang baru saja membuka kotak bekalnya berhenti bergerak, dia menutupnya kembali kemudian menghampiri Bu Yulia. Setelah senyum sopan mengangguk, obrolan berlanjut tanpa kami dengar. Sesekali kulihat Tania mengernyit bingung. Setelah melihat Bu Yulia tersenyum, Tania kembali dengan wajah kecewanya.

“Jangan nonton minggu ini, ya!”

Wajah kami berubah heran, “Loh?” Hani mengernyit.

“Barusan Bu Yulia minta bantuanku buat make-up anak marching band yang mau lomba. Katanya, yang biasa nge-make-up sakit tifus, jadi kalaupun sembuh nggak mungkin langsung diporsir begitu. Duh, mana harus face painting wajah mereka segala,” keluh Tania merengek sambil membuka kotak makan siangnya. Namun mungkin itu hanya emosi sesaat akibat diinfokan mendadak. Karena yang kutahu, dia selalu senang dengan hal berbau make-up dan kecantikan.

“Kok Bu Yulia keinget ke kamu?”

“Katanya sih ngeliat anak kelas kita yang bagus make-up-nya pas ujian praktik seni budaya. Makanya Bu Yulia tanya si Febi dan katanya aku yang make-up.” Seperti mengingat sesuatu, Tania langsung berubah lesu, “Ah, nggak jadi beli skincare minggu ini dong!”

Hani tersenyum lebar kemudian mengacak rambut Tania gemas seperti pada hewan peliharaan, “Sabar... waktu masih panjang.”

Aku dan Sarah terkekeh hingga terjeda ketika ponselku bergetar.

Kak Baran :

Lihat selengkapnya