***
“WISYA TURUN!”
Teriakan ayah yang terdengar emosi membuatku heran setengah mati. Baru tadi dia mengecupku dan memperlihatkan kasih sayang yang jarang sekali dia tunjukkan, baru saja kami makan malam di meja makan dengan tawa penuh kehangatan. Namun mengapa sekarang suaranya terdengar menyeramkan?
“Iya, Yah?” Aku turun tangga dengan tergesa-gesa, satu yang dapat kulihat adalah bunda yang terus menggeleng dan menatap iba padaku. Tentunya aku tidak mengerti dengan susana mencekam saat ini.
“Duduk!” Aku yang sudah berdiri di hadapan ayah kini beralih ke sofa. Tanpa aba-aba telapak tangannya yang besar menamparku saat itu juga. Panas menjalar di seluruh pipi kiriku, merembet sampai telingaku berengung. Kebas. Aku menunduk takut sembari meringis nyaris menangis.
“Sakit?” tanya Ayah dengan nada suara lebih rendah. “Sakit, Wisya?” Disamping ayah, bunda memeluk dada bidang suaminya yang naik turun karena emosi. Sesekali tangisan bunda terdengar meminta agar ayah menyelesaikan ini dengan cara baik-baik.
Beberapa tetes air mata mengalir di pipiku. Rambut keriting yang terurai kini menghalangi sebagian dari wajahku. Aku mengangkat kepala, menatap ingin tahu pada mata cokelat ayah yang menatapku setajam mata elang. Namun wajahnya berubah kesal, muak, ayah memalingkan wajah sambil mengusapnya kasar. Menutup matanya yang nyalang sekaligus menyorotkan terluka.
Perlahan ponsel tipis bunda serahkan, ponselku yang tertinggal di ruang keluarga. Sebuah ruang obrolan chat terbuka.
Tiwi send a picture
[Sya, ini fotomu ketika kamu pelukan dengan Kak Baran di laboratorum fisika pas hujan]
Tiwi send a picture
[kalau ini, fotomu pas kemarin dia tidur di pangkuanmu]
Tiwi send a picture
[Atau kamu mau yang ini Sya? Pas kamu dicium di taman kota?]
[inginnya sih, aku melaporkan ini pada orang tuamu. Tapi ya, aku masih berpikir ulang untuk itu.]
Satu kata. Bodoh.
Siapa? Tiwi?
Bukan, tapi Aku!
Sudah jelas aku membohongi ayah dan bunda selama ini. Pantas saja bunda dan ayah kecewa begitu. Sungguh aku merasa bersalah. Bagaimana aku melakukan pembelaan, jika saja aku sadar bahwa tidak ada yang perlu dijelaskan karena semua yang ada di foto ini adalah benar.