***
Kak Baran :
[Kamu sudah menyetujui untuk lomba itu? Mari saya bantu jika kamu mau, sekalian saya mau menjelaskan semuanya. Saya harap kamu tidak berubah dan saya tarik permintaan saya beberapa bulan lalu.]
Pesan yang masuk itu membuatku semakin yakin untuk menulis surat. Rangkaian kata memenuhi kepala dan kutuangkan penuh semangat. Sudah jelas sikapnya seperti apa, kini aku tahu harus memberinya surat yang bagaimana.
[Bisa kita bertemu?]
***
Kamar tidur, xx Mei 2019
Untuk
Kak Baran,
di Tempat
Hallo Kak, bagaimana kabarmu? Semoga baik ya. Perkenalkan Kak, aku Wisya. Tentu Kakak pasti masih ingat. Terima kasih atas tawaran bantuannya. Namun maaf, aku menolak.
Aku tahu Kakak menyayangiku, begitupun aku menyayangi Kakak. Makanya terkadang aku ingin berada di samping Kakak, menjaga dan mendekapmu kala Kakak jatuh atau bahkan berlindung dalam dekapanmu ketika ingin mengeluh. Aku punya hal yang menyedihkan begitupun dengan Kakak, mungkin saja itu menjadi alasan kita saling mengasihi dan malah mendefinisikannya sebagai cinta, ‘kan?