Mendapat tugas di hari yang semestinya libur itu memang nyebelin banget, sih. Tapi apa boleh buat. Namanya juga masih bawahan, kudu nurut sama atasan, ya kan?
Makanya begitu dapat titah untuk masak makan siang si bos yang notabene adalah vegetarian itu, aku buru-buru cari infonya di internet. Jangan lupa sekalian nanya si bos kalau dia punya riwayat alergi sesuatu bahan makanan apa enggak. Ternyata aman. Si bos termasuk pemakan segala, kecuali daging hewan. Mudah-mudahan enggak termasuk pemakan teman atau anak buah sendiri, ya Bos!
Setelah browsing sana situ, akhirnya ketemu. Pilihanku jatuh pada menu sederhana tapi kelihatan seru juga untuk dicoba.
Dimulai dari menu pembuka berupa sup jamur tanpa tambahan krim putih yang gurih. Biasanya krim begini dibuat dari susu sapi. Tapi untuk si bos, nanti bakal aku ganti dengan susu kedelai saja biar aman. Terus makanan utama berupa tiga atau empat buah mini burger dari roti gandum dengan isian bayam rebus, jamur, dan kacang-kacangan yang disajikan dengan salad dan keripik ubi ungu.
Baru membayangkannya saja, air liurku sudah hampir menetes. Berhubung perutku memang sejak pagi belum diisi, spontan mata langsung foodgasm begitu melihat gambar-gambar makanan yang terpapar di layar ponselku. Godaan yang lebih berat ketimbang dipepet-pepetin si bos, nih!
Pak bos sedang mempersiapkan golf clubnya saat aku pamit ke basement buat belanja bahan-bahan makanan. Tadi aku sudah sidak kulkas empat pintu si bos. Isinya hanya buah-buahan, beberapa kaleng bir, dan jus-jus serta beberapa kotak susu kedelai kemasan. Sisanya rak-rak kosong yang kalau ditaruh di tempat kosanku, lumayan banget bakal nyimpen baju-baju yang sudah diseterika.
"Saya mau ke Freshmart beli bahan-bahan. Mau titip sesuatu, Pak?" tanyaku.
Si bos menatapku sejenak sebelum akhirnya menggeleng.
"I will text you if I need something. Thanks," jawabnya sambil tersenyum.
Aku mengangguk. Menatapnya yang sedang mengeluarkan sepatu golf dari rak kayu, melapnya sebentar lalu menatanya di lantai. Apartemen segini luas, masak iya enggak ada asisten rumah tangga yang bantuin si bos beres-beres dan menyiapkan keperluannya? Aku membatin saja. Tapi si bos sepertinya bisa membaca jalan pikiranku.
"Ada Mbok Yana yang biasa bersih-bersih apartemen. Tapi beliau hari ini ijin karena anaknya sakit."
Aku pun berlalu sambil manggut-manggut.
*****
Minimarket yang menjual bahan-bahan makanan di basement ini termasuk cukup lengkap. Ada bagian sayuran, buah-buahan, susu dan bahan-bahan makanan kering.
Sebelum mengambil apa saja yang aku butuhkan untuk memasak makanan si bos, kusempatkan duduk sebentar di kafe corner. Rasa perih mulai meliliti perut. Selalu begini setiap kali aku lupa atau tidak sempat sarapan. Aku kemudian memesan segelas teh manis hangat dan sepotong makaroni skutel.
Baru saja hendak menyantapnya, tiba-tiba ponselku di saku rok bergetar.
Ethan is calling.
"Lo di mana?" tanyanya begitu koneksi tersambung.
"Apartemen Akasia. Kenapa?"
"Meetingnya udah selesai?" tanyanya lagi.
"Hari ini nggak jadi meeting. Si bos salah jadwal," jawabku malas.
Hening sejenak. Aku buru-buru menyeruput teh manis hangat dan menyuapkan sepotong makaroni ke dalam mulut.
"Terus, lo ngapain masih di sana?"
Heh? Ini anak kenapa sih? Kayak orang nyasar aja. Nanya-nanya melulu.