Laki-laki ini perlahan merunduk. Dia merapatkan tubuhnya padaku. Kedua lengannya yang kukuh mengurungku. Otot lengannya yang kubayangkan keras dan liat, tercetak sempurna dari balik kemeja yang terlipat sebatas siku. Aku kini dapat merasakan embusan napasnya yang hangat dan segar, beraroma mint. Kurasa dia baru saja menelan permen pelega tenggorokan. Aku bahkan dapat mencium wangi parfumnya yang lembut dan maskulin.
Seketika konsentrasiku bubar.
Jantungku serasa melorot sampai ke kaki. Dadaku sesak. Aku kesulitan menghirup udara di sekelilingku. Apalagi saat embusan napasnya yang hangat dan segar menerpa wajahku yang hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.
Aku hampir tersesat dengan semua pesona si bos. Aku bohong kalau tidak terpengaruh. Dusta. Sebagai seorang gadis normal, semua yang dia lakukan, entah sengaja atau tidak, membuat seluruh tubuhku merinding. Mungkin ini yang orang sebut, dia memiliki sex appeal yang tinggi. Tanpa melakukan apa pun, dia bisa saja terlihat sangat menggoda. Seperti saat ini.
Untung lah, akhirnya sinyal kesadaranku kembali menguat.
Oh wait a minute! What are you thinking of, Mars?!
Bukankah ini hal yang tidak pantas dilakukan seorang bos pada bawahannya? Aku bisa saja melaporkan dia melakukan sebuah usaha pelecehan seksual di tempat kerja! Karena bentuk pelecehan bukan hanya melulu pada menyentuh bagian-bagian tubuh secara langsung dan disengaja. Tapi dipepet seperti ini dan menimbulkan rasa nggak nyaman pun bisa dikategorikan sebagai pelecehan juga, kan? Tapi ah, sudah lah. Kali ini aku akan berbaik hati memaafkannya.