What's Wrong With You, Boss?

Nyonya Maneh
Chapter #3

Chapter 2 - What A Boss!

Setelah melaksanakan tugas pertama yang bikin kepala mumet nggak keruan karena harus pura-pura innocent sama mbak-mbak di Betamart, aku pun bergegas kembali ke ruangan.

Beberapa langkah mendekati pintu ruanganku dan si boss, suara seseorang menghentikan langkah ini.

"Halo. Kamu PA baru pak bos, ya?"                                                                                           

Seorang wanita cantik dengan dandanan menor dan baju ketat yang membungkus tubuhnya itu menjulurkan sebelah tangannya.

Aku menyambut sambil mengulas sedikit senyuman.

Orang baru harus pandai berbasa-basi, kan? Itu yang aku pelajari dari kantor lama sebelum akhirnya di PHK juga dari sana.

"Marsha Julia," sebutku.

"Biyanka. Sekertaris direksi." Wanita ini balas tersenyum.

Aku mengangguk sopan dan berniat meneruskan langkah untuk masuk ke ruangan. Namun ditahan oleh wanita yang kutaksir berusia di atas tiga puluh tahunan ini.

"Sekarang, ini jadi tugas kamu. Menyelesaikan semua pembayaran tagihan kartu kredit dan tagihan-tagihan lain Pak Bos," ucapnya. Lalu dia menyerahkan setumpuk amplop dengan logo beberapa bank yang berbeda, juga beberapa tempat yang terasa asing buatku.

Aku menerima amplop-amplop bertuliskan nama BRYAN KRISNATAMA dari tangan Biyanka. Setelah mengucapkan terima kasih, wanita itu berbalik dan berlalu dengan langkah anggun yang kentara sekali dibuat-buat.

Hawa dingin dari pendingin ruangan segera menyergap saat kakiku melangkah masuk.

Dari ruanganku, bisa kulihat meja kerja pak bos kosong. Hanya tumpukan map-map yang perlu ditandatangani, kelihatan lebih menggunung dari sebelum aku ke mini market tadi.

Ke mana ya, si bos? Setahuku, hari ini beliau tidak ada jadwal meeting. Baik intern mau pun di luar kantor.

Aku kemudian menyimpan karet pengaman pesanannya ke dalam laci meja kerja. Sesuai instruksinya.

Belum lagi sempat menarik napas dan meletakkan bokong di atas kursi empukku, ponsel yang terletak di atas meja kerjaku bergetar.

Nomor yang tidak kukenal memanggil.

"Halo," sapaku ragu.

"Marsha, tolong kamu reserved Sentani Golf Club untuk saya besok siang. Booking sekalian untuk dua orang lagi. Lengkap dengan caddy yang biasa beserta buggy-nya," ujar suara dari seberang yang ternyata adalah Bryan, sang Paduka Yang Mulia Pak Bos.

Aku mengangguk.

"Eh, baik Pak," Aku buru-buru menjawab, setelah sadar pak bos tidak akan melihat anggukan kepalaku.

"Bagus. Oya, bagaimana pesanan saya tadi. Ada?"

"Ehm, ada Pak."

Tiba-tiba tenggorokanku terasa gatal. Huh, dasar! Inget aja dia kalau mesen yang begituan.

"Maaf, Pak. Bapak lagi di mana sekarang?"

Aku membekap mulut. Kaget dengan kata-kataku sendiri yang meluncur begitu saja tanpa kupikir. Mudah-mudahan saja si bos tidak menganggapku kepo karena pertanyaan barusan.

"None of your business," jawabnya beberapa saat kemudian. Suaranya datar dan dingin.

Tuh, kan! Stupid me! Aku memaki diri sendiri karena tidak dapat menahan mulut. Tapi segera tercengang sesaat setelah mendengar suara si bos lagi.

"Kenapa? Kamu sudah kangen?"

Lihat selengkapnya