“I just knew that we were friends.
Just wishing we were more than friends”
-Wishing We Were More Than Friends, Push Baby
Jam di tangannya menunjukan pukul 5 sore, Harry langsung buru-buru bergegas menuju rumah Zee yang berjarak sekitar 15 menit dari perumahannya. Sebelum Ia berhasil menginjak pedal gas, Harry melihat mobil Toyota Supra berwarna putih yang terparkir dengan apik di depan kediaman Cammelia. Harry yakin bahwa mobil itu adalah milik Eric, hanya Eric satu-satunya orang di sekolah yang menggunakan mobil buatan Jepang itu. Di sepanjang perjalanan, Harry sibuk memikirkan tentang apa yang Eric lakukan di rumah Cammelia. Membuat perjalanan yang sudah singkat itu menjadi terasa lebih singkat lagi karena pikiran negatifnya tentang Eric dan Cammelia terus berenang-renang di kepalanya.
Harry langsung memberhentikan mobilnya di depan rumah Zee, lalu bergegas turun menuju pintu rumah Zee, dan membunyikan bel. Pintu terbuka, di baliknya terdapat sosok perempuan cantik yang dibalut dengan dress sleeveless bermotif bunga berwarna hitam. Dress yang memliki model kerah rendah ini membuat lehernya terlihat lebih panjang dan bahu lebih tegap. Dress ini cukup terbuka ketika berada di tubuh Zee, memberikan kesan Sexy dan lebih menonjolkan sifat anggun yang sudah menjadi kepribadiannya.
“Wow, you look beautiful!” Harry terkesima ketika pertama kali melihat Zee.
“Thank You,” jawab Zee dengan melemparkan senyum manisnya kepada Harry seraya menutup pintu rumahnya.
Karena mengajak Zee untuk makan malam adalah hal spontan yang Harry lakukan untuk menebus kesalahannya kemarin, jadi tidak banyak tempat yang dapat dipikirkan olehnya. Harry mengajak Zee ke sebuah restoran bernama Ardor yang terletak di West Hollywood dan itu adalah satu-satunya tempat yang terlintas di benaknya. Sebenarnya, Ia sendiripun belum pernah datang ke restoran itu. Harry hanya teringat suatu tempat yang Ia dan Cammelia rencanakan untuk mengisi liburan musim panas mereka tahun ini. Dan sekarang di sini lah Harry, di Ardor. Restoran mewah yang mengusung konsep hutan dilengkapi dengan serba-serbi interior berbahan kayu, membuat kesan tempat yang nyaman dan asri. Tempat yang seharusnya Ia datangi bersama Cammelia, bukan dengan Zee.
Saat ini, Harry begitu sangat menikmati makan malamnya di Ardor bersama Zee. Makanan yang dihidangkan sangat lezat, teman bicaranya yang menarik, dan suasana tempat yang nyaman, membuat dirinya betah berlama-lama dan melupakan tujuan awal Ia mengajak Zee makan malam. Ia benar-benar larut dalam suasana romantis ini.
“Zee, I would say Sorry…”
“Hey Harry, don’t be sorry.” Dengan lembut Zee memegang tangan Harry.
“Aku tahu apa yang mau kamu bahas dan aku paham. Aku paham. Kamu nggak perlu minta maaf,” lanjut Zee.
“Harusnya aku nggak ninggalin kamu begitu aja kemarin,” jawab Harry membalas genggaman tangan Zee.
“Cammelia it’s your best friend. Kondisinya nggak baik-baik aja, dia nabrak Boy, gelas yang Boy pegang pecah hampir melukai dia. I got it, Harry. Don’t worry.”
Ya Tuhan, Zee adalah gadis yang selama ini Ia dambakan. Gadis yang cantik, anggun, serta ramah dengan pola pikirnya yang sederhana dan sangat menyukai kedamaian hidup. Harry berpikir bahwa hidupnya akan lebih mudah jika Ia berkencan dengan Zee.
Dan untuk sejenak, setelah semua kesialan yang Ia dapatkan sejak kemarin, akhirnya Harry dapat melupakan semua persoalan rumit mengenai Cammelia. Dan yang membuatnya sangat lega adalah saat mengetahui bahwa perempuan itu Zee. Gadis yang Ia taksir 3 tahun lalu, menghabiskan waktu bersamanya di sini, di restoran terbaik yang pernah Ia kunjungi. Menyelamatkannya dari pikiran dan hasrat liarnya terhadap Cammelia, sahabatnya.
***
Tok, Tok, Tok