When Cammelia Bloom

Chacha
Chapter #6

Summertime Sadness

“Listening to self control.

There’s feeling that you’ll never know”

-Always, I’ll Care, Jeremy Zucker

 

Harry selalu memutuskan untuk berolahraga ketika Ia merasa pikirannya sedang sangat kalut, mungkin dengan berlari mengelilingi komplek perumahannya dapat membuang pikiran negatif yang ada di kepalanya saat ini. Jam menunjukan pukul 6 pagi ketika Harry berlari menuju ke arah taman, Ia hendak singgah sejenak untuk beristirahat di taman setelah kurang lebih setengah jam Ia terus berlari mengelilingi komplek perumahan mewah tempat Ia tinggal. Taman itu sangatlah sejuk karena dikelilingi oleh pepohonan yang rindang serta danau buatan kecil yang berada tepat di tengah taman, membuat taman itu terlihat seperti negeri dongeng di tengah-tengah kota yang sibuk dan padat industri. Harry memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang berada di tepi danau untuk beristirahat. Ia terus merenung seraya melemparkan batu-batu kecil ke dalam danau, Ia terus memikirkan tentang Cammelia yang mungkin melihatnya sedang berciuman dengan Zee malam itu, atau tentang pikirannya yang terus bertanya-tanya tentang hubungan Cammelia dan Eric pada malam itu.

Sudah seminggu Ia tidak bertemu atau bahkan melihat Cammelia. Jendela kamarnya dan kamar Cammelia yang terletak di samping rumah memiliki posisi yang saling berhadapan satu sama lain, membuat balkon kamar mereka terlihat bersebelahan jika dipandang dari arah halaman belakang rumah. Namun Harry tetap tidak dapat menemukan sosok Cammelia dari jendela maupun balkon kamarnya. Cammelia menutup tirai jendelanya selama berhari-hari dan Harry hanya dapat melihat cahaya lampu yang menyala dari balik tirai ketika matahari mulai terbenam dan mati ketika pukul 11 malam, yang mana itu adalah waktu Cammelia untuk tidur. Bahkan balkon kamarnya terlihat lebih kotor dari biasanya dan mulai dipenuhi oleh debu halus di sudut atapnya, karena sudah hampir seminggu balkon itu tidak pernah dibersihkan. Ia tidak berenang ataupun sekedar membaca buku sambil minum jus di tepi kolam renang seperti yang biasa Ia lakukan, Cammelia hanya tiba-tiba menghilang begitu saja dari pandangan Harry.

Cammelia yang tiba-tiba menghilang membuat pikiran Harry menjadi kalut, padahal selama seminggu itu posisi Harry sedang berkencan dengan Zee. Harry melakukan banyak hal bersama Zee, tetapi pikirannya selalu teralihkan kepada Cammelia. Mungkin ada suatu waktu ketika Harry dan Zee pergi ke bioskop, Harry berharap dapat bertemu dengan Cammelia di tempat itu walau harus dengan Eric yang juga sedang bersamanya. Pokoknya apa pun itu, yang terpenting Ia dapat melihat Cammelia dalam keadaan hidup, pikirnya.

 Harry masih terus memikirkan banyak hal dikepalanya, ketika Ia mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat dari arah belakangnya. Ia terus melihat ke tempat orang itu akan muncul, seperti menanti setiap langkah kaki dari orang tersebut. Harry terkesiap ketika sosok itu muncul, dan Harry mendapati sosok itupun sama terkejutnya saat melihat Harry duduk di tepi danau. Lalu sosok itu memutar tubuhnya untuk pergi, dan terjatuh karena tersandung salah satu akar pohon yang mencuat keluar permukaan tanah.

“Awwww,” rintihnya

“Cammelia?!?!?!”

“Lo nggak kenapa-kenapa kan?” tanya Harry seraya menghampiri dan membantu Cammelia yang terjatuh.

“Aww, sakit banget,” rintih Cammelia saat Ia sudah berhasil berdiri dengan bantuan Harry.

“Sini, gue bantu lo buat duduk.” Harry menuntun Cammelia untuk duduk di bangku yang sejak tadi Ia tempati untuk melamun.

Setelah membantu Cammelia untuk duduk, dengan sigap Harry segera berlutut dan melepaskan sepatu Cammelia untuk melihat kondisi kakinya yang kemungkinan besar terkilir.

“Lo kenapa menghindar dari gue?” tanya Harry seraya berlutut dan melepaskan sepatu Cammelia.

“Gue nggak menghindar,” jawab Cammelia singkat

“Ya, lo menghindar. Tadi muka lo kaget pas lihat gue, terus lo berusaha untuk kabur dan berakhir dengan jatuh yang paling sakit ini?” goda Harry seraya memijat lembut telapak kaki Cammelia yang terkilir.

“Gue kira lo hantu.”

What?” tanya Harry dengan wajah sinis dan seketika tawa Cammelia meledak.

“Engga, gue kira lo orang gila. Udah 7 hari gue ke taman ini setelah olahraga, terus kemarin pas gue ke sini tiba-tiba ada orang gila yang tidur di bangku ini. Jadi tadi gue pikir lo orang gila yang kemarin,” jelas Cammelia.

“Emang gue terlihat seperti orang gila saat ini?” tanya Harry dengan membantu Cammelia mengenakan sepatunya kembali

“Mmmmh, mungkin lebih tepatnya orang stress,” jawab Cammelia dibarengi dengan tawa kecil khasnya.

“Gimana, masih sakit nggak kaki lo?” Harry bangkit dan duduk di sebelah Cammelia.

“Udah mendingan kok, sebentar lagi juga sakitnya pasti ilang. It’s not bad,” jawab Cammelia.

It’s not bad? Pas tadi lo jatoh aja bunyinya kenceng banget,” ujar Harry dengan nada tidak percaya.

“Ya, kalau gue kenapa-kenapa juga kan ada lo yang gendong gue sampe rumah,” jawab Cammelia dengan mudahnya.

Lihat selengkapnya