“Hello, Mr. ‘Perfectly fine’
How’s your heart after breaking mine?”
-Mr. Perfectly fine, Taylor Swift
Musim panas tahun ini adalah yang terburuk bagi Harry, serentetan kejadian mengerikan terus menyiksanya tanpa ampun dalam waktu yang bersamaan. Sekarang, setelah semua yang Cammelia katakan malam itu membuat dirinya seperti terjatuh dan terpental ke dalam lubang yang sangat dalam. Sangat sulit baginya untuk memanjat lubang itu.
Harry hanya mengurung diri di rumah selama beberapa hari belakangan ini, suasana hatinya terlalu buruk untuk bertemu dengan Zee dan Ia terlalu malu untuk bertemu dengan Cammelia. Sekarang Harry bukan hanya seorang brengsek saja, tetapi juga pengecut. Boy, sahabatnya menghabiskan sisa musim panas di sebuah Beach House milik teman masa kecilnya di Santa Monica sebelum akhirnya Ia akan pindah ke Indonesia untuk berkuliah. Apakah Ia datangi saja Boy di Santa Monica? Toh hanya memerlukan 1 jam perjalanan menggunakan mobil dari tempatnya dan juga yang paling penting Ia tidak akan bertemu Zee maupun Cammelia apabila pergi ke Santa Monica. Itu adalah ide yang sangat bagus dan paling rasional untuk saat ini.
Rea merasa lega saat melihat anak laki-lakinya mau untuk bersantai dan menikmati hari yang cerah ini. Karena ketika suasana hatinya sedang buruk, Harry dapat membuat seisi rumah menjadi suram juga. Harry mengajak Boy untuk sekedar bersantai di salah satu Beach Club ternama di Santa Monica. Mereka memilih duduk di kursi-kursi santai yang berada dekat dengan garis pantai seraya berjemur dan menikmati minuman favorit mereka.
“Jadi, lo kapan mulai pindah ke Bali?” tanya Harry.
“Sekitar akhir bulan Agustus lah kira-kira, soalnya gue harus beres-beres rumah yang bakal gue tinggalin di sana.”
Harry selalu membayangkan bagaimana rasanya tinggal di Indonesia. Sejak dirinya lahir, Ia sudah berada di tempat ini, tempat yang jauh dari kampung halamanannya. Ia sekeluarga hanya beberapa kali berlibur ke rumah neneknya di Indonesia dan tidak pernah menetap lebih dari 1 bulan di sana.
“Gue bakal kangen banget sama lo Boy.”
“Lo harus akur-akur sama Cammelia, harus jagain dia. Karena kalau bukan lo, siapa lagi.”
“Ya, lo benar. Harusnya gue bisa jagain Cammelia,” jawab Harry dengan tatapan kosong.
Pikirannya hanyut, membawanya ke kejadian beberapa hari yang lalu. Ketika pada akhirnya Ia menyadari sesuatu, bahwa selama ini Harry sudah menghancurkan perasaan Cammelia berkali-kali.
“Lo sama Cammelia nggak kenapa-kenapa kan?” Boy menaruh curiga, ada sesuatu antara Cammelia dan Harry.
“Sebenernya, beberapa hari yang lalu Cammelia ngasih tahu sesuatu ke gue. Dan sekarang gue merasa gusar akan hal itu.”
“Tentang?”
“Tentang apa yang dia rasain selama ini, perasaanya ke gue.”
“Akhirnya dia ngasih tahu lo tentang hal itu.” Boy merasa lega mendengarnya.
“Lo udah tahu?”
“Udah dari lama.” Boy menganggukan kepalanya perlahan.
“Kenapa lo nggak ngasih tahu gue?” Harry tidak pernah menyangka bahwa selama ini Boy mengetahui perasaan Cammelia.
“Karena lo terlalu sibuk dengan cewek-cewek lo yang gila itu. Tapi sekarang gue lega, pacar lo sekarang adalah satu-satunya yang paling normal sejauh ini.”
“Andai aja lo ngasih tahu gue lebih awal, Boy. Ini semua nggak akan terjadi.” Harry menyalahkan Boy yang tidak memberitahunya dari awal, membuat Harry semakin menyesal karena telah menyia-nyiakan Cammelia.
“Emang lo mau apa kalau tahu hal itu lebih awal?” Boy heran dengan konteks apa yang Harry bahas.
“Babe?” Harry mengenali suara lembut itu, suara yang tidak lain berasal dari Zee, kekasihnya.
“Zee?” Harry terkejut dan menoleh ke arah sumber suara itu. Ini adalah bencana, ketika mendapati kekasihnya sedang bersama sahabatnya.
“Oh My God, Cammelia?” Boy terkejut melihat Cam bersama dengan Zee karena tidak menyangka akan menemukan mereka berdua di tempat ini, tempat yang berjarak 1 jam dari rumahnya.
“Zee, kamu kok nggak bilang mau ke sini?” Harry terkejut melihat kekasihnya berada di sini bersama sahabatnya.
“Check Your phone, Aku telepon kamu berkali-kali tapi nggak kamu angkat. Aku mau ngasih tahu kalau hari ini aku mau keluar sama Cammelia.”
Dari kemarin Harry sangat susah dihubungi oleh siapa pun, termasuk Zee. Ia mengurung diri di kamar dan membiarkan ponselnya habis baterai begitu saja agar orang-orang tidak dapat mengganggu kerja otaknya untuk memproses segala hal yang datang begitu saja secara tiba-tiba.