“Love me, love me. Say that you love me
Fool me, fool me. Go on and fool me
Love me, love me. Pretend that you love me”
-Lovefool, The Cardigans
Hubungan Harry dan Zee menduduki babak baru, belakangan ini Harry sudah tidak begitu memikirkan tentang Cammelia. Harry juga merasa baik-baik saja bila tidak melihat Cammelia. Ini adalah sesuatu yang baru dan Harry tidak ingin menyandang gelar Playboy brengsek lagi, maka dari itu Ia bertekad untuk merubah kebiasaan buruknya demi Zee. Harry tidak ingin penyesalannya terhadap Cammelia yang Ia rasakan terulang lagi dengan Zee. Ia berjanji akan menjaga hubungannya dengan Zee.
Beberapa hari lalu Zee berjanji untuk membantu Rea Blooman bercocok tanam di halaman rumahnya dan hari ini Zee menepati janjinya itu kepada Mamanya. Mereka sedang berada di ruang makan untuk menunggu kedatangan Zee.
“Ma, tolong janji jangan bikin Zee kapok dan takut.” Harry merasa yakin Mamanya akan membuat Zee kapok untuk berkunjung lagi ke rumahnya.
“Kaya Mamamu ini galak aja,” jawab Mrs. Blooman dengan senyum jahil di wajahnya,
“Aku nggak mau kalau Zee sampe kapok ketemu Mama lagi.”
“Iya, iya Mama janji ah, bawel.”
Tidak lama kemudian, bel rumah keluarga Blooman berbunyi dan Bi Tati membuka pintu utama rumah itu. Gadis cantik berkulit hitam itu berdiri di depan rumah Harry mengenakan dress berwarna hitam bermotif bunga membuatnya terlihat sangat feminim. Zee memutuskan untuk masuk ke dalam setelah dipersilahkan oleh Bi Tati dan disambut hangat oleh Mrs. Blooman.
“Hai Tante.”.
“Hai Zee, you look beautiful in that dress!!!” Rea Blooman memuji Zee sesuai dengan apa yang Ia lihat. Zee memang sangat cocok bila menggunakan dress bermotif bunga.
“Mah, Zee selalu cantik pakai baju apa pun,” gombal Harry.
“Iya deh iya, Playboy satu ini bisa aja kalau ngegombal.”
Setelah mereka selesai berbincang sambil minum teh di teras belakang, akhirnya Zee membantu Mrs. Blooman menanam bibit bunga mawar yang baru Ia beli. Sedangkan Harry berjemur di kursi santai yang berada di tepi kolam renangnya, seraya menikmati suara dua orang yang memiliki intonasi dan nada bicara yang enak ketika sedang berbicara.
Namun, seketika suara merdu yang didengarnya itu buyar begitu saja, kala suara seorang gadis berbicara setengah berteriak menghancurkan fantasinya. Suara itu tidak lain tidak bukan milik Cammelia Basset yang sedang memohon-mohon kepada Ersa Basset.
“Ma, ayolah boleh ya aku pergi? Boleh ya? Ya? Ya? Ya? Ya?” Cammelia berlari mengejar Ersa Basset yang berjalan menuju tanaman-tanaman anggreknya.
“Sayang, San Diego itu jauh,” ujar Ersa dengan suara hangat dan stabil, nada suara yang selalu dimilikinya.
“Mam, cuma butuh waktu 3 jam dari sini. TIGA JAM. Come On, ini kan cuma Birthday Party.” Cammelia merayu Mamanya mati-matian agar mendapat izin untuk pergi mengujungi pesta ulang tahun yang diadakan oleh seorang teman sekolah dasarnya.