“All of this silence and patience. Pining and desperately waiting
My hand are shaking from all this, ah, ah,…
Say my name and everything just stops
I don’t want you like a best friend”
-Dress, Taylor Swift
Orang tua mereka selalu memiliki sebuah tradisi liburan bersama dengan menaklukan gunung-gunung yang ada di Indonesia sebagai bentuk perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Tahun ini, mereka akan mendaki Gunung Rinjani yang terdapat di Nusa Tenggara Barat, meninggalkan Cammelia dan Harry di Los Angeles untuk menghabiskan sisa musim panasnya.
Setelah kekacauan yang terjadi saat Prom Night semalam, Cammelia merasa kesal dengan semua tingkah Harry yang selalu mengedepankan emosinya dan bersikap kekanak-kanakan. Kekacauan yang Harry perbuat kemarin sangatlah banyak, namun Ia hanya bertanggung jawab secara materi atas biaya rumah sakit Raymond. Bahkan Ia tidak meminta maaf kepada Eric karena telah menghajarnya tanpa sebab.
Cammelia mengawali pagi ini dengan segelas jus jeruk dan melakukan yoga. Cammelia membutuhkan sesuatu untuk mendistraksi pikirannya atas kejadian semalam. Bukan, bukan kejadian tentang Eric yang dihajar oleh Harry tanpa sebab, melainkan kejadian yang membangkitkan hasrat terpendamnya. Kejadian dansa di ruang perawatan bersama sahabatnya, Harry.
Terdengar suara ketukan pada sebuah kaca dengan intonasi yang tidak beraturan, seseorang mengetuk pintu belakang rumahnya seperti sedang diburu. Itu adalah Bi Tati, Asisten Rumah Tangga keluarga Blooman yang datang dalam keadaan panik.
“Ada apa Bi?”
“Gini Non, Mas Harry sakit. Badannya panas dan menggigil. Bibi bingung gimana bawa Mas Harry ke rumah sakit.” Bi Tati terlihat sangat panik saat mengetahui bahwa kondisi Harry sangat mengkhawatirkan setelah pulang dari Prom Night semalam.
“Harry sakit?!?!” Cammelia langsung bergegas untuk melihat kondisi Harry.
***
Kondisi Harry terlihat memprihatinkan, suhu tubuhnya sangat tinggi. Ia menggigil dan tubuhnya seperti bermandikan keringat. Cammelia memeriksa luka di tangan kanan Harry yang disebabkan oleh pacahan botol semalam dan ternyata kondisinya juga semakin memburuk.
“Sepertinya tangan Harry infeksi deh Bi.”
“Aduh, gimana ini. Bibi panik banget, mana Mas Harry belum makan apa-apa pagi ini.”
“Sekarang Bibi tolong ambilin air putih hangat buat Harry, abis itu aku bawa Harry ke rumah sakit.” Cammelia berusaha untuk tenang, agar semua dapat terkontrol dengan baik.
“Baik, Non.”
Cammelia mencoba membangunkan Harry yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Harry terus mengigau memanggil nama Cammelia ketika Cammelia sedang berusaha membangunkannya dari tempat tidur.
“Cam…,” rintih Harry.
“Harry, gue bakal bawa lo ke rumah sakit. Ayo sekarang lo bangun pelan-pelan.”
Ketika Cammelia berhasil membuat Harry terduduk di kasurnya, Ia sadar bahwa baju yang dikenakan Harry basah kuyup, dipenuhi oleh keringatnya. Lalu, Cammelia berinisiatif untuk mengambil pakaian bersih dari lemari Harry dan mencoba mengganti pakaiannya. Cammelia berhasil melepas pakaian Harry.
“Wow!!” Cammelia tidak pernah menyadari betapa bagus badan Harry selama ini, padahal jika dipikir-pikir Ia telah melihat badan itu selama berbelas-belas tahun lamannya.