“You’re the coffee that I need in the morning
You’re my sunshine in the rain when it’s pouring
Won’t you give yourself to me?”
-Best Part, Danier Caesar ft. H.E.R
Ini adalah hari kelima setelah Zee mencampakkan Harry dengan kejam. Perasaan bersalahnya tetap masih ada, Harry tidak dapat melupakan dirinya yang telah menjadikan Zee sebagai pelarian ketika dirinya frustasi akan ketidakmampuan mendapatkan Cammelia. Harry kesulitan untuk tidur di malam hari, Ia terus memutar ulang semua yang terjadi kepadanya belakangan ini. Apa yang akan dia lakukan selanjutnya dan bagaimana caranya berdamai dengan semua situasi yang memberatkan hatinya ini?
Keesokan hari setelah Ia dan Cammelia nonton film di bioskop, Harry mendapati Eric berkunjung ke rumah Cammelia sepulangnya Eric dari Summer Camp. Rasanya sangat berat bagi Harry, membayangkan kenyataan bahwa kini Cammelia menjadi milik orang lain dan bukan miliknya. Harry terus menyesali perbuatannya, seharusnya Ia mengejar Cammelia alih-alih merelakan gadis itu untuk orang lain.
***
“Masa iya sih, gue harus mohon-mohon ke dia supaya putus dari Eric. Nggak mungkin juga lah dia mau. Yang ada gue ditampar lagi sama dia.” Harry mondar-mandir di kamarnya, seperti setrikaan.
Harry menghempaskan tubuhnya di kasur dan membuka ponselnya, Harry mulai membuka aplikasi Instagram dan melihat-lihat Instagram Stories yang dibuat oleh teman-teman virtualnya.
Tap, Tap, Tap, Tap. Semua Stories membuatnya bosan, hingga akhirnya Instagram Stories milik Eric terputar di layar ponselnya. Eric terlihat sedang menghabiskan waktu bersama gengnya, yaitu Raymond dan Shawn dengan mendaki di The Eagle Rock. Ini artinya hari ini Cammelia tidak akan menghabiskan waktu bersama Eric seperti kemarin.
“Saat yang tepat untuk melancarkan aksi.” Harry menutup ponselnya, dan menelepon saluran nomor 9 pada telepon rumah tua yang berada di nakasnya. Saluran yang menghubungkannya dengan kamar Cammelia.
“Hallo?”
“Hmm, kenapa Harry?” Cammelia selalu ketus jika menjawab telepon dari Harry. Karena dari dulu, Harry selalu meneleponnya untuk sesuatu yang tidak penting.
“Lo hari ini mau kemana?” tanya Harry.
“Kenapa emang?”
“Lo mau jalan sama Eric?” Harry bertanya, seolah-olah tidak tahu tentang kegiatan Eric hari ini.
“Engga, Eric lagi Hiking sama teman-temannya.”
“Jadi, lo hari ini nggak ada rencana kemana-mana?”
“Nggak ada Harry, emang kenapa sih?” Cammelia mulai geram, karena Harry bertele-tele.
“Temenin gue yuk,” pinta Harry.
“Kemana?”
“Mancing.” Harry menepok jidatnya ketika melontarkan kata itu dari mulutnya. Untuk apa Ia pergi memancing, bahkan jika dipikir-pikir Ia sangat benci memancing.
“Tiba-tiba?” Cammelia heran. Setahunya Harry sangat tidak suka pergi memancing. Menurut Harry memancing itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu saja.
“Iya tiba-tiba mau mancing.” Harry meyakini Cammelia.
“Mancing keributan maksud lo?” ledek Cammelia.
“Mancing ikan lah.”
“Yaudah, gue siap-siap dulu.”
Harry menyadari Ia belum menyiapkan rencana apa pun ketika menelepon Cammelia, satu-satunya kegiatan yang berhasil Ia pikirkan dalam waktu sepersekian detik adalah memancing. Mengapa juga Ia menyebutkan kata ‘Memancing’, apabila Ia meralat perkataanya, kemungkinan besar Cammelia akan curiga dengan modus yang Ia lakukan dan akan menolaknya mentah-mentah saat Ia mengajaknya lagi.
“Shitttt!!! Bodoh, bodoh, bodoh. Kenapa gue harus bilang pergi mancing sih ah. Repotttttt!!!” sesalnya seraya menepok jidatnya berkali-kali. Ia memang benar-benar sangat amat dungu jika menyangkut soal cinta.
***
Harry Blooman sedang mengemas peralatan yang hendak Ia bawa untuk memancing ke atas Truck Double Cabin miliknya, yang tepat 5 hari lalu berhasil membuatnya kerepotan dengan insiden ban pecah. Mobil itu baru saja keluar dari bengkel kemarin, Harry memutuskan untuk membawanya ke bengkel karena tidak ingin mobil menyebalkannya ini membuat dirinya kesusahan lagi. Harry mengeluarkan uang cukup mahal untuk mobil yang bahkan tidak pernah Ia pakai ini, Harry merasa seperti orang bodoh karena terus-menerus mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk mempertahankan mobil yang bahkan tidak pernah Ia gunakan.
“Mobil lo udah keluar dari bengkel?” tanya Cammelia, mengagetkan Harry.
“Udah.” Harry tercekat ketika mendengar suara Cammelia.
Cammelia dengan mengenakan jaket tipis untuk menutupi bajunya dan celana pendek berbahan jeans terlihat sangat cantik. Bagimana bisa Cammelia terlihat sangat luar biasa cantiknya walau hanya mengenakan jaket dan celana pendek yang memperlihatkan kaki jenjang miliknya. Bahkan kaki itu terlihat indah walau hanya dihiasi dengan sendal gunung saja.
Cammelia berjalan dan memberikan alat pancing miliknya kepada Harry. Harry segera tersadar dari lamunannya dan mengambil alat pancing milik Cammelia, lalu mengemasnya ke atas mobilnya.
“Kenapa nggak lo jual aja sih kalau lo nggak suka?” tanya Cammelia dengan heran.
“Bukan nggak suka, cuma menurut gue terlalu kegedean aja mobilnya,” sanggahnya.
“Ya jual lah, dari pada lo bayar bengkel terus tapi nggak menikmatinya.”
“Nggak akan gue jual,” jawab Harry yang masih fokus mengemas barang-barangnya ke atas mobilnya.
“Kenapa?”
“Pertama, ini mobil pertama yang gue beli.” Harry memalingkan pandangannya pada Cammelia.