“Well, I don’t know, ‘cause all I know
I’ll be here waiting you to come
And bring me right back home”
-If U Could See Me Cryin’ In My Room, Arash Buana.
Tidak banyak yang dapat Harry lakukan pagi ini, sejak bangun tidur Ia langsung menyalakan televisinya yang terdapat di ruang tengah rumahnya dan menonton film. Bi Tati datang memberikan sepiring Cookies cokelat yang baru saja Ia buat.
“Mas Harry. Tadi pas Bibi antar Cookies ke rumah sebelah, Non Basset nanya ke Bibi katanya Mas Harry datang nggak ke pesta nanti malam?”
“Engga Bi, males.” Pandangannya tetap tertuju pada layar televisinya.
“Tumben, biasanya kan Mas Harry selalu keluar masuk dari satu pesta ke pesta lainnya.”
“Yang ini nggak menarik.” Harry tetap terpaku pada televisi.
“Emang pesta siapa sih Mas? Bibi penasaran emang ada ya pesta yang nggak menarik bagi Mas Harry?” tanya Bi Tati, dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
“Bibi ingat laki-laki yang ada di rumah sakit waktu Prom Night?”
“Iya, Bibi inget. Mas Raymond kan? Yang waktu itu Bibi anterin Mas Harry ke rumah sakit kan buat bayar biaya perawatannya?”
“Iya Raymond. Dia yang ngadain pesta itu.”
“Oh pantas aja Mas Harry nggak diundang.”
“Enak aja, Raymond ngundang aku. Kita sudah damai,” timpalnya tidak mau kalah.
“Terus kenapa Mas Harry tetap nggak mau datang?”
“Emang Bibi mau harus kesana-kemari buat tanggung jawab kalau Aku ngehajar Raymond lagi?”
“Engga-engga, Bibi nggak mau. Kalau Mas Harry mau berulah lagi lebih baik nunggu Bapak sama Ibu pulang dari Indonesia aja.”
“Nah makanya itu, Aku ini lagi nahan diri Bi. Jadi, jangan banyak tanya lagi.”
Bi Tati meninggalkan Harry. Harry sudah mengenal Bi Tati seumur hidupnya. Walalupun Bi Tati selalu ingin tahu dan ikut campur semua urusan Harry, namun Harry menyayangi layaknya bagian dari keluarga Blooman. Bi Tati memutuskan untuk mengabdikan hidupnya dan memilih tidak menikah hanya untuk bekerja dengan keluarganya yang pindah ke Los Angeles. Semua keluarga Bi Tati yang ada di Indonesia sudah tiada dan keluarganya lah satu-satunya yang Bi Tati miliki. Maka dari itu, Harry selalu berusaha meladeni semua pertanyaan Bi Tati dengan baik, membiarkannya ikut campur dalam membantu menyelesaikan beberapa permasalahnya. Harry lakukan itu agar Bi Tati tidak merasa kesepian dan betah tinggal bersama keluarganya di sini.
***
Cammelia merasakan ada perubahan dari perilaku Eric sepulangnya Hiking. Eric berubah menjadi sosok yang sangat cuek dan jarang sekali ada waktu untuk menghubungi Cammelia lagi. Bahkan pesan terakhir dari Eric memberikan kesan yang sangat-amat menyakitkan.
‘Kalau kamu mau datang ke pesta Raymond, silahkan.’
Eric tidak ada basa-basi sedikitpun untuk menjemputnya nanti malam. Ketika Bi Tati datang membawakan Cookies yang dibuatnya, Cammelia minta tolong padanya untuk bertanya apakah Harry akan datang ke pesta Raymond. Saat ini Cammelia membutuhkan Harry untuk menemaninya ke pesta itu. Hanya saja, hubungan terakhir Harry dengan Raymond meninggalkan kesan yang buruk. Atau mungkin Ia harus membujuk Harry langsung, pikirnya.
“Harry!”
“Hah?” Harry tersentak dan mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara Cammelia yang memanggilnya dari arah belakang.
“Lo mau datang nggak ke pesta Raymond?” Cammelia langsung duduk di salah satu sofa yang terletak di ruang tengah.
“Nggak ah, males.” Pandangan Harry kembali fokus pada film yang sedang ditontonnya.
“Kenapa sih Har? Ayolah,” bujuk Cammelia.
“Emang lo mau gue hajar Raymond lagi sampe babak belur?” tanya Harry, seraya melemparkan pandangan ke arah Cammelia.
“Yaudah deh, gue juga nggak akan datang.” Cammelia dengan wajah masam, menyilangkan kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuhnya ke sofa.
“Dih, kenapa?”
“Karena lo nggak datang.”
“Kan ada Eric.” Timpal Harry.
“Engga, dia berubah!”
Harry merasa ada sedikit kebahagiaan ketika mendengar Cammelia menyampaikan berita bahwa sikap Eric berubah padanya. Ia berpikir, apakah Ia memiliki peluang untuk mendekati Cammelia? Apa waktunya akan segara datang?
“Yaudah, lo nggak perlu datang. Mending kita nonton film ini aja nih. Bagus,” seru Harry seraya menunjuk ke arah televisi yang sedang memutar film Star Trek. Film yang sudah mereka tonton berulang-ulang kali.
“Star Trek?” tanya Cammelia dengan wajah heran.
“Iya.”
“Harry, please. Kita udah nonton ini berkali-kali.”
“Tapi bagus nggak?”
“Bagus sih.”
“Yaudah, sini. Kita nonton lagi,” ajak Harry.
Ketika film itu sudah selesai, Harry langsung memilih film selanjutnya dan Cammelia tetap menikmati film yang dipilih Harry. Mereka sudah menonton sekitar 5 film hari ini dan ketika Cammelia melihat jam dinding besar yang berada di atas televisi waktu sudah menunjukan pukul 6 sore.
“Gue mau pulang deh, mau mandi.” Cammelia beranjak dari sofa.
“Yah, payah. Masa pulang sih.”