When Cammelia Bloom

Chacha
Chapter #23

Summer Games

“Loving is easy

You had me fucked up, It used to be so hard to see

Loving is easy

When everything’s perfect, Please don’t change a single little thing for me”

-Loving Is Easy, Rex Orange County

 

“Boy, apa sebaiknya kita ajak Cammelia Hangout? Setelah semua yang gue lihat kemarin, kayaknya kita perlu menghibur Cammelia,” Summer menggoyangkan tubuh Boy yang masih tertidur di sampingnya.

Boy dan Summer sedang dalam perjalanan menuju rumah Harry. Setelah Boy pikir-pikir, apa yang dikatakan Summer ada benarnya juga. Selama ini, tidak pernah terlintas di benaknya untuk menghibur Cammelia dengan cara seperti ini. Biasanya Ia dan Harry selalu memberikan Cammelia waktu untuk sendiri, atau hanya sekedar mendengarkan Ia cerita dan menemaninya menangis. Boy dan Harry selalu membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Namun kali ini, Ia benar-benar akan menghibur Cammelia dalam arti yang sebenarnya.

Boy terus mencoba menghubungi ponsel Harry namun tidak ada jawaban sama sekali, padahal saat ini sudah pukul 8 seharusnya Harry sudah bangun dari tidurnya. Boy dan Summer mengikuti usul yang disarankan Harry kemarin, untuk menginap semalam di rumahnya yang sudah mulai kosong di Los Angeles. Separuh dari furniture di rumahnya sedang dalam perjalanan menuju rumahnya di Bali, hanya menyisakan beberapa tempat tidur dan sebuah meja berukuran besar yang memang sengaja tidak akan mereka bawa.

Boy dan Summer sampai di rumah Harry, Boy dapat melihat mobil putih kesayangan Harry terparkir dengan rapih di garasi rumahnya.

“Mobilnya ada, kenapa orangnya nggak angkat telepon?”

“Kita ketuk aja pintu rumahnya.”

“Yaudah, ayo.”

TOK,TOK,TOK.

Bi Tati membukakan pintu itu tidak lama setelah Boy mengetuk. Bi Tati terkenal dengan sikap responsifnya, Ia tidak pernah membuat siapa pun yang mengetuk pintu rumah keluarga Blooman menunggu terlalu lama.

“Eh, Mas Boy, ayo masuk!!” Bi Tati mempersilahkan Boy dan Summer masuk.

“Harry nya ada, Bi?” tanya Boy. 

“Ada, itu Mas Harry ketiduran di teras sama Non Basset.”

“Cammelia?”

“Iya, sepertinya semalam Non Basset abis ngobatin lukanya Mas Harry deh.”

Dasar, Playboy. Ia benar-benar berhasil membuat Cammelia membersihkan luka di wajahnya, batin Boy. Boy sudah tidak heran, siapa pun gadis yang dihampiri Harry tidak dapat menolaknya karena wajah tampan dan pesonanya.

“Ih Mas Boy, pacarnya cantik banget,” seru Bi Tati, ketika pandangannya jatuh ke arah Summer.

“Ah engga Bi, bu ….” Summer mencoba menjelaskan bahwa dirinya bukan kekasih Boy, setidaknya mereka berdua belum resmi berpacaran.

“Ohiya Bi, kenalin ini Summer.” Boy memotong ucapan Summer.

“Summer.” Summer mengulurkan tangannya pada Bi Tati. 

“Bi Tati. Cantik banget sih Non Summer, kayak namanya cantik.” Dan Bi Tati menyambut uluran tangan itu.

“Ah Bibi bisa aja. Makasih loh, Bibi juga cantik terus awet muda lagi,” puji Summer, hingga membuat Bi Tati menjadi tersipu malu.

“Ih Non, bisa aja. Bibi jadi malu tahu.”

“Bi Tati tuh jangan dipuji, nanti kalau terbang susah ngambilnya,” ledek Boy.

“Ah, Mas Boy nih bisa aja.” Bi Tati terkekeh seraya menepuk bahu Boy yang terus menggodanya. 

Setelah beberapa menit Summer dan Bi Tati saling memuji satu sama lain tanpa henti, mereka berdua berjalan menuju teras belakang untuk menghampiri Harry dan Cammelia. Terlihat Harry masih memeluk erat tubuh Cammelia, sedangkan Cammelia tertidur dengan menyilangkan kedua tangannya.  

“Woy Bangunnnn!!!!!” Boy berteriak.

Cammelia dan Harry terkejut dengan teriakan yang keluar dari mulut Boy.

“Hai, lo pasti Summer kan?” Cammelia yang baru setengah sadar langsung menyalami Summer yang berdiri di samping Boy.

Harry Blooman masih memproses semuanya, Ia masih bersusah payah untuk membuka matanya. Mereka semua salut dengan cara kerja otak Cammelia yang cepat memproses sesuatu, bahkan dalam keadaan setengah sadar sekali pun Ia langsung dapat mengenali seorang gadis yang belum pernah Ia temui sebelumnya.

“Jam berapa ini?” Harry masih berusaha membuka matanya.

“Jam setengah 9.”

“Lo kok kesini nggak bilang-bilang?” Suara Harry terdengar serak.

“Gue dari tadi teleponin lo ya, tapi nggak diangkat,” jelas Boy dengan ketus.

Harry meraba-raba sekitarnya mencari keberadaan ponselnya.

“Ohiya, Handphone gue di kamar. Hehehe.” Harry dengan nada tertawa yang dibuat-buat dan mata yang masih tertutup.

***

Bi Tati membawakan segelas jus jeruk untuk mereka semua tepat setelah Harry dan Cammelia benar-benar bangun dan tersadar sepenuhnya.

Cam, I’am sorry about Eric.” Boy menepuk pundak Cammelia dengan lembut.

Lihat selengkapnya