“Well, you only need the light when it’s burnin’ low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go.”
-Let Her Go, Passenger
TING….
Suara oven berhasil membuyarkan lamunan Cammelia, sejak adonan kue itu masuk ke dalam oven pikirannya mulai berselancar memikirkan kegiatan apa lagi yang dapat Ia lakukan agar dapat mengalihkan pikirannya dari Harry. Harry sudah mengabaikan semua pesan singkat dan panggilan teleponnya sejak malam itu. kemarin saat Ia berkunjung ke rumahnya, Rea mengatakan bahwa Harry sudah pergi dengan buru-buru pagi-pagi sekali. Semua tingkah laku Harry membuatnya bingung, mengapa Harry bertingkah seperti ini? Cammelia merasa tidak ada yang salah antara dirinya dan Harry ketika berpisah malam itu, namun mengapa sikap Harry justru menunjukkan hal yang sebaliknya?
Semalam Boy mengirimkan sebuah pesan singkat yang berisikan pemberitahuan bahwa hari ini dirinya dan Summer akan berkunjung ke rumah Cammelia. Mereka berdua berjanji akan datang pada siang hari, mungkin sekitar jam 11 siang tepatnya. Kue Muffin itu selesai dibuat tidak lama sebelum kedatangan sepasang kekasih itu di rumahnya. Beberapa menit setelah suara Timer oven berbunyi, terdengar suara ketukan pintu rumahnya yang mengisyaratkan kedatangan Boy dan Summer. Dengan sigap Bi Nurhan langsung berjalan menuju pintu, membukakannya, dan mempersilahkan Boy dan Summer untuk masuk.
“Hmmm, wanginya enak banget,” puji Boy ketika melenggang masuk menuju dapur. Aroma kue bikinannya memenuhi setiap sudut rumah itu, membuat selera siapa pun yang menciumnya tergugah.
“Gue bikin ini khusus buat kalian berdua.” Cammelia dengan senyum yang sumringah seraya menata setiap muffin di piring besar.
“Tumben banget lo baking, biasannya selalu males-malesan,” timpal Boy sambil berusaha mengacak-acak rambut Cammelia, untuk menggodanya.
“Enak banget loh ini Cam.” Puji Summer seraya mengunyah kue Muffin buatan Cammelia.
“Ya kan? Cammelia tuh sebenarnya jago bikin kue, cuma selalu males-malesan aja anaknya.” Boy memang mengakui bahwa semua kue yang dibuat oleh Cammelia rasanya tidak pernah gagal.
“Gue boleh bagi resepnya nggak?” pinta Summer kepada Cammelia.
“Boleh.”
Dan dalam waktu yang cukup lama, kedua gadis itu sibuk berkutat dalam obrolan mengenai resep-resep kue, baik resep kue yang pernah mereka coba atau yang belum namun ingin mereka coba. Boy baru mengetahui bahwa kekasihnya juga seorang gadis yang hobi membuat kue dan itu cukup mengejutkannya.
Boy memandang ke arah kedua gadis yang sedang duduk di meja makan berukuran besar dengan banyak buku-buku resep yang berserakan di atasnya. Keadaan Cammelia cukup bagus dan Boy harus mencegah siapa pun yang berpotensi untuk merusak Mood bagusnya itu, khusunya Harry. Sebelum Harry menyelesaikan semua permasalahan yang dibuatnya, kehadirannya hanya akan membuat Mood Cammelia menjadi buruk. Lantas Ia mencoba menghubungi Harry, untuk memperingatkannya agar tidak datang berkunjung ke rumah Cammelia.
“Hallo?” Boy berjalan menuju ruang tamu, tempat yang cukup jauh dari tempat Cammelia berada yaitu dapur.
“Kenapa Boy?” balas Harry dari ujung telepon.
“Gue lagi di rumah Cammelia.” Boy berusaha memelankan suaranya, agar tidak terdengar oleh Cammelia.
“Nah kebetulan lo di sana. Okay, nanti gue nyusul ke rumah Cammelia.”
“Jangan!!!!” seru Boy dengan suara setengah berteriak.
“Kenapa?” Harry terdengar seperti orang yang tidak memiliki salah apa pun.
“Lo lupa apa yang udah lo lakukan ke Cammelia?”
“Justru itu, gue mau minta maaf ke dia sekarang.”