“Don’t take it so hard. Like a strawberry scent that go away
Don’t need to try to turn back his mind
Time will be on your side. You’ll be to come around to yourself
One day it will be.”
-One Day It Will Be, Ian Hug, Seoho
Knock, Knock, Knock.
“Summer, you in there?”
Summer dan Harry sama-sama terkejut ketika mendengar ketukan pintu yang berasal dari Cammelia. Bagaikan sepasang kekasih yang hendak tertangkap basah, mereka berdua kelabakan mencari jalan keluar untuk mengatasi ini semua tanpa menimbulkan kesalahpahaman dan juga fitnah, mengingat Summer adalah kekasih dari sahabatnya Harry, Boy.
“Lewat jendela, lewat jendela.” Dengan panik Summer mengarahkan Harry untuk keluar melalui jendela kamarnya.
“Eh, eh, eh, nggak bisa. Ada Ero di teras depan.” Harry menahan tubuhnya yang terus mendapat dorongan dari Summer yang menyuruhnya lompat melalui jendela kamar.
“Nggak ada jalan lain, gue akan kasih tau yang sebenarnya ke Cammelia,” ucap Summer seraya balik badan dan berjalan menuju pintu kamar yang terus diketuk oleh Cammelia.
“Please, jangan kasih tau apa pun ke Cammelia.” Harry menghadang Summer tepat di hadapan tubuh mungil gadis itu.
“I don’t see how we have another choice.”
“Summer, you okay, right?” Cammelia berteriak dari balik pintu kamar.
“Harry?!?!” Summer memandang Harry dengan tatapan tajam.
Dalam kondisi yang mendesak dan penuh tekanan, Harry mencoba berpikir dengan cepat apa pilihan terbaik yang dimilikinya. Jika Ia keluar melalui jendela, Ero akan menangkap basah dirinya dan menuduhnya berbuat yang tidak-tidak di kamar Summer. Jika Summer membuka pintunya tanpa mengonfirmasi identitas Daniel sebenarnya, Boy akan curiga dan menuduhnya ada main di belakang bersama kekasihnya. Tetapi jika Summer memberitahukan cerita yang sebenarnya, Cammelia jelas tidak akan memberinya maaf atas kesalahannya karena sudah secara tidak langsung menguntitnya.
Maka dengan otak yang encer, ide brilian tiba-tiba saja terbesit di benaknya saat Ia melihat sebuah lemari kayu berukuran besar bertengger di salah satu sudut di kamar itu. Ini adalah waktu yang tepat untuk tidak berada dimanapun, alias Ia harus bersembunyi sekarang.
“Ini lemari gantung kan?” Harry berjalan sambil menunjuk lemari kayu bewarna putih yang berada di salah satu sudut kamar itu.
“Jangan bilang …?”
“Tepat seperti dugaan lo, gua akan sembunyi di sini.”
“Oh my God, Harry, NO!!!! Kenapa sih selalu ada ide gila di dalam kepala lo?”
“I don’t see how we have another choice,” ujar Harry mengulang kalimat yang dilontarkan Summer beberapa menit lalu.
“Summer, gue masuk ya?” Cammelia berteriak dari balik pintu, memberikan isyarat bahwa dirinya akan segera masuk ke kamar itu, tidak peduli apa yang sedang Summer lakukan di dalam.
“Bye, Summer.” ujar Harry dengan tengil sambil melambaikan tangannya ke arah Summer, lalu menutup pintu lemari kayu itu.
“Hmmm, okay Summer, tenang. You only live once,” gumam Summer pada dirinya sendiri seraya melihat Harry melambaikan tangan padannya dan menutup pintu lemarinya.
“Summer?” Cammelia mengintip keberadaan Summer dari pintu yang sudah dibukanya setengah, untuk memastikan bahwa Summer tidak akan terganggu dengan kehadirannya.
“Hey, lo nggak kenapa-kenapa kan?” tanya Cammelia khawatir, melihat Summer yang kini bertingkah cukup aneh di hadapannya.
Summer berdiri dengan kaku di tengah-tengah kamarnya, tanpa melakukan apa pun, juga dengan keringat dingin terus memabasahi telapak tangannya yang terus Ia kepal. Kadang matanya melirik secara bergantian ke arah Cammelia, lalu ke lemari pakaian, dan kembali lagi ke Cammelia, membuatnya semakin terlihat aneh dengan gerak-gerik semacam itu.
“Gue nggak kenapa-kenapa kok.” Summer menyunggingkan senyuman canggung dan melirik sekilas ke arah lemari pakaian. Walau hanya sepersekian detik, tapi Cammelia dapat dengan mudah menyadari lirikan itu, karena Summer terus melakukan itu selama berulang-ulang kali.
“Summer, lo … lo lihat hantu ya?” tanya Cammelia was-was, karena kini Ia dapat merasakan hawa tidak enak dari arah lemari pakaian itu. Cammelia ikut merinding kala memikirkan kemungkinan ada mahluk tak kasat mata yang bersarang di dalam lemari pakaian, yang membuat Summer bertingkah aneh seperti ini.
“Nope,” ucapnya sambil menganggukan kepalanya secara cepat dan wajah yang ketakutan. Perkataan dan gerak tubuhnya yang tidak sinkron, semakin membuatnya terlihat aneh.
“Okay, I’m gonna check it out,” ujar Cammelia seraya berjalan perlahan menuju lemari pakaian.
“NO, WAIT!!!! Cammelia, wait!” Teriakan Summer berhasil menghentikan langkah Cammelia.
Cammelia menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Summer. Beruntung Summer menghentikannya. Jujur saja, Ia juga merasa takut untuk membuka lemari pakaian itu. Saat mengatakan bahwa Ia akan memeriksanya, Cammelia tidak benar-benar berniat melakukannya.
“Lupain tentang hantu. Tadi lo mau ngapain? Sorry, soalnya tadi gue lagi di kamar mandi.”