When Cammelia Bloom

Chacha
Chapter #35

Phalaenopsis Amabillis

“You know that I could never make this up. I found the reason I’m not giving it up

I felt the fever and I know it was mine

Oh, I am gonna love you for a log time”

-Love your For a long Time, Maggie Rogers


Harry sedang menunggu kedatangan Audrey di teras depan rumahnya. Tadi malam saat Harry hendak mengembalikan mobil milik Boy ke Santa Monica, Ia tidak sengaja melihat Audrey melelang salah satu anggrek yang katanya langka di laman Instagram-nya, anggrek yang bahkan tidak Harry ketahui jenisnya. Tanpa pikir panjang, Harry langsung memberikan penawaran atas tanaman yang katanya langka itu, dan tentu saja pada akhirnya Harry berhasil mendapatkannya karena Ia menawar dengan harga yang terbilang cukup tinggi untuk sebuah tanaman anggrek.

Bisa dibilang anggrek ini adalah sebuah bentuk sogokan untuk mengambil hati Mamanya Cammelia, karena perasaannya mengatakan bahwa Tante Ersa akan menjadi orang pertama yang paling keras menentang hubungannya dengan Cammelia. Jelas, siapa yang suka jika anaknya yang cantik didekati oleh seorang Playboy bajingan yang tak berperasaan seperti Harry? Namun bagaimanapun juga Harry harus membuktikan bahwa kali ini perasaannya benar-benar berbeda, Ia tidak pernah begitu serius dalam mencintai seseorang kecuali Cammelia. Dengan gadis itu, Harry rela melakukan apa pun termasuk melakukan hal konyol yang menyusahkannya sekali pun. Seperti sekarang, entah apakah anggrek ini akan benar-benar berhasil mengambil hati Tante Ersa, namun tidak ada salahnya bukan jika Harry mencobanya?

Harry menguap sambil memandangi jam di tangannya, sudah hampir pukul 9 tetapi Audrey belum juga datang. Kini dengan wajah yang sedikit pucat dan kantung mata yang lebih hitam dari biasanya, Harry malah terlihat seperti mayat hidup. Sejak kejadian malam itu, Ia menjadi kesulitan untuk tidur. Kepalanya selalu dipenuhi persolaan mengenai Cammelia, ciuman manis mereka, dan keinginannya untuk terus bersama gadis itu. Harry tidak pernah tau bahwa jatuh cinta akan benar-benar sekonyol ini, membuatnya menjadi laki-laki tolol yang terus memupuk kesalahan, alih-alih memperbaikinya.

***

Harry berdiri ketika melihat mobil milik Audrey berhenti di depan rumahnya, gadis berambut blonde itu turun dari mobilnya sambil membawa sebuah anggrek yang tadi malam Ia pajang di media sosial. Anggrek itu terlihat lebih cantik dibandingkan fotonya. Perpaduan warna biru muda dan pink membuatnya sekilas mirip seperti Unicorn. Tanaman itu seperti memiliki magis yang dapat memikat hati siapa pun yang melihatnya, terlebih lagi perpaduan warnannya yang kalem memang mengingatkan Harry pada Tante Ersa

“Kenapa sih lo nggak ambil aja sendiri ke toko?” Audrey menyodorkan bunga itu pada Harry.

“Gue udah nggak sanggup lagi buat kemana-mana,” jawab Harry dengan wajah tampannya yang terlihat lesu karena kelelahan dan kurang tidur.

 “Emang ini buat siapa sih? Karena gue yakin ini bukan buat lo.”

“Ini buat Tante Ersa, Mamanya Cammelia.”

“Heh?!?!?! Itu tuh Mamanya Cammelia, sahabat lo. Jangan macem-macem deh, dia juga udah punya suami dan anak.” Audrey refleks memukul bahu Harry ketika Ia mendengar bahwa Harry membelikan bunga itu untuk Mrs. Basset.

“Yeee, gue bukan tipe laki-laki kayak begitu. Jangan ngaco lo!!”

“Ya terus apa kalau maksud lo bukan itu?”

“Gue itu lagi berusaha mengambil hatinya Tante Ersa,” ujar Harry seraya memandang tanamana anggrek yang berada di tangannya.

“Untuk apa?” tanya Audrey dengan heran. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya akan dilakukan Harry dengan tanaman anggrek dan juga Mamanya Cammelia.

“Untuk apa? Ya untuk mengambil hatinya lah.” Harry mengulangi pertanyaan yang dilontarkan Audrey.

It’s doesn’t make sense, Harry. I mean, kenapa tiba-tiba lo pengen mengambil hatinya Tante Ersa?” ujar Audrey memperjelas lagi pertanyaannya pada Harry.

“Drey, lo tau kan kalau laki-laki akan melakukan hal nggak masuk akal kalau lagi jatuh cinta? Dan ini salah satunya.”

“Gue nggak nyangka butuh waktu selama ini untuk lo menyadari perasaan lo ke Cammelia.”

 “Maksudnya?”

“Harry, Please. Semua orang di dunia ini juga bisa lihat kalau lo suka sama dia dari lama. Jauh sebelum lo sendiri menyadari hal itu.”

Harry terdiam, menimbang-nimbang perkataan Audrey. Apakah selama ini Ia memang menyukai Cammelia? Tapi bagaimana mungkin ada seseorang yang tidak menyadari perasaannya jika sedang jatuh cinta? Bukankah seharusnya Ia merasakan getaran seperti ini sejak lama? Mengapa semua perasaan ini dimulai saat Ia sedang tidak bersama Cammelia? Hanya satu kali Ia tidak berangkat sekolah bersama Cammelia, saat gadis itu terserang diare di hari terakhir sekolah, and then semuanya mulai berubah, Ia mulai merasakan kehampaan hidupnya tanpa Cammelia hari itu.

“Harry, selama ini lo selalu denial sama perasaan lo. Lo terlalu fokus mematok hubungan lo dan Cammelia yang hanya sebagai sahabat aja. Padahal nggak ada salahnya bukan kalau sahabat saling jatuh cinta?” Perkataan Audrey berhasil menyadarkan Harry dari lamunannya.

Apa yang dikatakan Audrey seratus persen tepat mengenai hatinya, namun itu semua Audrey lakukan hanya untuk menggoda Harry. Sambil berjalan mundur menuju mobilnya, Audrey memandangi Harry yang diam mematung sambil meratapi semua perkataan yang dilontarkannya. Siapa pun senang melihat Harry menderita karena dilema, karena selama ini Harry adalah orang yang tidak memiliki dilema apa pun, terlebih mengenai cinta. Semuanya terlihat mudah, hingga akhirnya Cammelia datang dan memperumit semua yang ada di kehidupan laki-laki itu. 

Harry terus memikirkan perkataan Audrey, sambil melihat gadis itu melenggang menjauh dengan senyum jahat merekah di wajahnya karena berhasil membuat batin Harry tersiksa dengan pernyataan-pernyataan gila yang menyesaki dada dan pikiran. Sepertinya banyak sekali orang yang mengantre untuk membalaskan densam dan melihat dirinya menderita.

Lihat selengkapnya