“If we never try. How will we know?
Baby, how far this thing could go
Give me a sign. If I’m on your mind
I don’t want to fall in love alone”
-Fall In Love Alone, Stacy Ryan
Harry mengendarai mobil putihnya menuju Ikea secepat kilat, sambil terus mencoba menghubungi ponsel Cammelia. Namun, tidak ada satu pun jawaban atas panggilan tersebut membuat Harry semakin jengkel, mengapa Cammelia sangat sulit dihubungi di saat-saat seperti ini? Bagaimana caranya agar dapat bertemu Cammelia jika ponselnya saja sulit untuk dihubungi?
Harry mulai berkeliling untuk mencari keberadaan mobil Cammelia ketika memasuki area parkir. Ia memang tidak mengetahui dengan pasti mobil mana yang Cammelia gunakan, namun Harry merasa akan mengenalinya jika melihat mobil itu. Setelah hampir seperempat jam Ia memutari area parkir itu, akhirnya Harry melihat mobil milik Cammelia. Harry segera memarkirkan mobil yang dikendarainya tepat di sebelah GMC Sierra Double Cabin bewarna hitam yang Ia yakini sebagai mobil kesayangan Cammelia. Harry keluar dari mobilnya dan padangannya menyapu sekeliling untuk mencari keberadaan gadis itu, namun tidak ada satu pun tanda-tanda kehadirannya. Tanpa pikir panjang Harry langsung berlari menuju gedung Ikea tanpa petunjuk apa pun mengenai keberadaan Cammelia.
Harry sadar bahwa ini akan memakan waktu yang sangat lama dan tidak efektif untuk menemukan Cammelia. Gadis itu dapat berada dimana saja dan Harry harus menyisir seluruh gedung Ikea terbesar di America Utara yang terdiri dari 3 lantai. Harry berkeliling kesana-kemari, memasuki setiap Room Settings secara bergantian, dengan harapan Ia dapat menemukan Cammelia di dalam salah satu tempat itu. Tetapi tidak ada tanda-tanda apa pun mengenai keberadaan sahabatnya. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menyisir area pembelanjaan, kini Harry beralih ke area Restaurant.
Harry mulai berkeliling sambil memandangi wajah setiap orang yang duduk di meja dan orang-orang yang sedang mengantre dengan seksama, Ia menepuk beberapa bahu perempuan yang terlihat mirip dengan Cammelia dari belakang. Ia menyerah. Mungkin ada baiknya Ia menunggu Cammelia di mobilnya saja, ini akan jauh lebih mudah. Saat Harry melangkah keluar dari pintu Restaurant yang berada langsung menghadap ke area parkir, tangannya ditarik oleh sesosok gadis yang aroma tubuhnya sangat familiar di hidungnya.
“CAMMELIA?!?!” Harry membalikkan tubuhnya, melihat siapa sosok gadis yang sedang manahan pergelangan tangannya.
“Hai Harry.” Gadis itu melemparkan senyuman hangat pada Harry.
“Zee?!?!” tanya Harry dengan bingung saat matanya mendapati sosok mantan kekasihnya yang sudah Ia lupakan sejak hari pertama gadis itu mencapakkannya.
Harry tidak menduga bahwa gadis itu adalah mantan pacarnya yang dengan tidak tahu malunya mulai terbuka akan hubungannya dengan Eric, mantan pacar Cammelia. Jelas, posisi Zee adalah selingkuhan Eric, karena Eric masih menjadi kekasih Cammelia saat itu.
“Harry, can we talk for a second?”
“Sorry, I don’t have time.” Harry segera bergegas meninggalkan Zee. Tidak ingin buang-buang waktu, Harry harus segera menunggu Cammelia di mobilnya.
“Please, ada beberapa hal yang harus aku bicarain sama kamu.” Zee menggenggam tangan Harry untuk menahannya yang sedang berusaha kabur dari Zee.
“Okay, ada apa Zee?” Zee tidak akan melepaskannya semudah itu, maka tidak ada pilihan lain selain mendengarkan apa yang akan Zee katakan padanya.
“Aku belum sempet minta maaf atas kejadian di acara Beach Clean Up, aku ninggalin kamu gitu aja.”
“Yeah, No problem.” Harry melambaikan tangan kananya ke atas dan ke bawah.
Entah mengapa Ia melakukan itu, hanya saja Ia benar-benar tidak peduli akan apa yang Zee lakukan hari itu. Harry sudah sering menghadapi berbagai macam tingkah perempuan yang super aneh. Apa yang Zee lakukan saat itu berada di skala normal kegilaan perempuan, jadi Ia tidak terlalu memikrikan hal itu dengan serius. Dan kini skala terekstrem kegilaan perempuan saat ini dipegang oleh Cammelia, yang membuatnya berkeliling Ikea tanpa arah dan petunjuk sama sekali.
“Engga Har, aku rasa semua ini juga salahku. Selama ini aku naksir sama Eric dan aku sadar dari awal Eric hanya tertarik pada Cammelia. Begitu aku menyadari kenyataan bahwa kamu juga tertarik sama Cammelia, aku langsung gelap mata. Aku tahu, aku salah karena melampiaskan rasa kesalku pada Cammelia.”
“Zee, if you…”
“No, no. Aku nggak berniat menyalahkan Cammelia. Di sini aku yang salah, malam itu aku berpikir bahwa apa yang aku lakukan itu seperti…”
“Sorry Zee, ada daun di rambut kamu. Bentar, maaf.” Harry membantu untuk menyingkirkan daun kering yang berada di pucuk kepala Zee. Harry merupakan orang yang mudah terdistraksi oleh apa pun yang dilihatnya, dan melihat ada daun kering yang hinggap di rambut ikal milik Zee, membuat pengelihatannya cukup terganggu.
“Okay, aku lanjutin ya?” tanya Zee memberi aba-aba agar Harry tidak memotong pembicaraan pentingnya lagi.
“Silahkan.” Harry mempersilahkan Zee untuk melanjutkan penjelasannya dengan memberikan isyarat menggunakan telapak tangannya.
“Aku gelap mata malam itu, aku pikir akan menyenangkan dapat menarik perhatian Eric sekaligus balas dendam pada Cammelia. Tapi setelah aku lihat reaksi Boy dan kamu saat menghajar Eric tempo hari, aku sadar aku salah. Dan aku mau minta maaf sama kamu dan Cammelia. I Love him dan aku mau hubungan aku sama Eric ini bersih, jadi aku rasa aku harus meminta maaf pada kalian.”
“Iya, udah gue maafin kok Zee, lagi pula nggak sepenuhnya salah lo.”
Harry sudah menduga hal ini akan terjadi dan baginya perkara mudah untuk mengatakan bahwa Ia menerima maaf Zee, karena Ia memang tidak pernah memikirkan Zee sama sekali. Bahkan kalau dipikir-pikir, sejak awal ketika Harry bersama Zee, pikirannya terus tersita oleh semua persoalan mengenai Cammelia.
“Kamu mau kan Har, bantuin aku untuk minta maaf sama Cammelia?”
“Masalahnya gue juga lagi mencari keberadaan Cammelia sekarang.”
“Mencari Cammelia?” tanya Zee dengan heran.
Terdengar suara teriakan perempuan yang cukup kencang dari arah area parkir, Harry dan Zee mencari-cari sumber suara itu berasal. Karena mereka berdua sepertinya mengenali suara itu, suara itu milik Cammelia Basset. Cammelia Basset yang sedang berdiri di atas dek kargo mobilnya berteriak pada Eric yang sedang berdiri di belakang mobilnya dan mencoba membantunya.