When I Dream At Night

Adlet Almazov
Chapter #3

Sebuah Harapan

Siang ini, keadaaan di kampus sedikit berbeda dari biasanya, meskipun cuaca sangat dingin, para mahasiswa tetap berkumpul mengelilingi sesuatu yang terlihat menarik bagi mereka

Seseorang bernyanyi sambil memainkan gitar di tengah sekumpulan mahasiswa yang menonton dan Adlet adalah orang yang mencuri perhatian mereka.

Adlet dengan percaya diri menyanyikan lagu “Abkhi alasyam” dengan gitar yang di bawanya, suaranya cukup merdu hingga mampu membius puluhan orang di sekelilingnya. Mungkin sebagian dari mereka tidak tahu mengapa di tengah udara yang sangat dingin ini Adlet bernyanyi sendiri di luar ruangan, tentu ini bukanlah hal pernah ia lakukan sebelumnya.

“Kenapa dia ? kenapa tiba-tiba dia bernyanyi di luar ?” tanya mereka sambil memandang satu sama lain.

“Adlet ?” Anastasya yang baru saja datang terkagum melihat sosok pemuda tampan yang beryanyi di tengah puluhan mahasiswa di kampus ini, ia tersenyum dan itu membuat rasa suka dan kagumnya semakin bertambah.

Berbeda dengan Aslan yang baru saja keluar dari perpustakaan, ia harus menahan dirinya karena tidak menyangka bahwa Adlet akan bereaksi secepat ini, dia benar-benar sangat bersemangat.

“Dasar gila, bukankah sudah kubilang tunggu aku dulu !” batin Aslan, dia merasa sedikit kesal namun dia tahu tidak ada orang yang bisa mencegah pemuda gila dan terlalu percaya diri itu melakukan hal yang ingin dia lakukan. 

Dengan pasrah dan sedikit kesal, Aslan terpaksa mendatangi kerumunan mahasiswa yang semakin bertambah banyak, Aslan berjalan sambil terus berpikir apa yang harus ia lakukan dan bagaimana dia menjelaskan pada mereka semua.

“Baiklah, lagu selanjutnya Tears in heaven dari Eric Clapton, aku harap kalian menyukai lagu ini. Jika ada diantara kalian yang ingin merequest sebuah lagu, kalian hanya perlu menuliskan judul lagu dan nama penyanyinya dalam secarik kertas dan berikan padaku” ujarnya dengan santai tanpa beban dan rasa malu sedikit pun, sebelum ia kembali memetik gitarnya salah seorang dari kerumunan mahasiswa itu mengangkat tangan.

“Adlet !”

“Ya ?” sahutnya dengan santai.

“Ada yang ingin aku tanyakan sebelum kau kembali bernyanyi" Ucap si pemuda berambut pirang.

“Apa itu ?”

“Sebenarnya, atas dasar apa kau melakukan semua ini, ehm… maksudku di tengah udara dingin seperti sekarang dan juga banner yang kau letak di sebelahmu itu apa maksudnya ?” tanya pemuda itu, semua orang yang menjadi bagian dari kerumanan masa yang penasaran akhirnya merasa senang karena pemuda culun itu mewakili pertanyaan mereka semua.

“Kau ini bodoh ya ? tidak bisa baca ?” tanya Adlet kesal, dia sudah berusaha, tapi ada saja orang bodoh yang tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan sekarang.

“Ehm…Suriah berduka, mari kita wujudkan kemanusiaan, damai untuk semua.” Pemuda berambut pirang itu membaca tulisan di banner yang di bawa Adlet dan kenyataanya dia masih belum mengerti.

“Bagaimana ? sudah mengerti ?” tanya Adlet dengan penuh harap.

“Eh…se…sebenarnya tidak…”

“Ya Tuhan…kau ini…!”

“Biar aku saja yang jelaskan !" Aslan akhirnya bertindak, dia tidak yakin Adlet akan menyelesaikannya dengan kepala dingin. Apalagi melihat gelagatnya yang sudah mulai naik darah.

“Kami sedang melakukan misi kemanusiaan untuk Suriah, aku yakin sebagian atau hampir semua yang ada disini tahu bahwa saat ini Suriah sedang di landa konflik"

Lihat selengkapnya