When I Dream At Night

Adlet Almazov
Chapter #4

Langkah Pertama

“Di mana ini…? aku di mana ?” Adlet membuka matanya yang terpejam, ia mendapati dirinya di tengah kegelapan yang pekat. Ia tidak bisa melihat apa pun karena tidak ada cahaya yang bisa membantunya untuk melihat sekelilingnya.

“Di mana ini sebenarnya ? kenapa aku selalu terjebak di tempat ini ?” ucapnya, semakin ia mencoba untuk tenang jiwanya semakin di landa ketakutan. Ia selalu terbayang-bayang bagaimana jika ia sampai tidak bisa keluar dari tempat ini ? bagaimana jika ia terjebak disini selamanya ?

“Tolong…tolong aku… siapa pun tolong aku…” teriaknya, berharap ada seseorang yang dapat membantunya.

“Kenapa…kenapa tidak ada orang disini ? sebenarnya aku dimana ? kenapa tidak ada seorang pun yang mendengarku ?” Adlet terus meratap, dadanya mulai terasa sesak karena terus berada di tempat ini. Kegelapan ini benar-benar membuatnya takut.

“Ukh…dadaku sakit sekali sakit…” Adlet tertunduk sambil memegang dadanya yang terasa sakit, ia meringis kesakitan namun rasa sakit yang ia rasakan tidak bisa merubah apa pun. Ia tetap sendirian, dan tak ada seorang pun yang bisa menolongnya.

“A…Ayah…Ibu tolong aku… Ayah… Ibu…!” 

Adlet mengangkat tubuhnya dan langsung memegang dadanya. Keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya. Adlet mencoba mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Saat jiwanya mulai tenang, Adlet memandang sekelilingnya, benar-benar berbeda dari apa yang ia lihat sebelumnya. Tak ada kegelapan yang mengerikan, tak ada rasa sakit yang membuatnya serasa ingin mati.

Jam di kamarnya masih menunjukkan pukul 03.05 pagi, masih terlalu cepat bagi dirinya untuk bangun. Ingin melanjutkan tidur pun ia takut, mimpi itu benar-benar membuatnya tersiksa, benar-benar tersiksa. Adlet melamun beberapa menit, tiba-tiba ia teringat dengan keinginannya untuk pergi berjihad ke Bumi Syam.

Sampai sebelum dirinya bermimpi, Adlet terus memikirkan tentang keputusannya, keputusan yang sudah dia yakini akan di tentang kedua orang tuanya. Bagaimana mungkin dia akan di izinkan pergi ke daerah konflik yang bisa merenggut nyawanya kapan saja sedangkan dia adalah anak tunggal di keluarga ini ? anak yang kelahirannya begitu dinantikan seluruh anggota keluarga terutama ayah dan ibunya, anak yang di besarkan dengan kemewahan, dan anak yang akan menjadi pewaris tunggal kekayaan ayahnya.

“Ini benar-benar berat, ya Tuhan apa yang harus aku lakukan ?” batinnya, Adlet benar-benar putus asa. Dia tidak tahu bagaimana harus membujuk kedua orang tuanya agar mengizinkannya untuk pergi, berbicara dengan ayahnya saja dia sangat takut.

Dia tidak tahu mengapa dia tidak begitu dekat dengan ayahnya, apa karena ayah selalu sibuk mengurus kekayaannya yang melimpah itu ? sepertinya bukan, Adlet cukup sering mendapat kesempatan untuk bercengkrama atau sekedar berbicara dengan ayahnya namun ia tidak melakukannya, atau karena ayah tidak mencintainya ? sepertinya ini adalah hal yang sangat tidak mungkin mengingat bagaimana ayahnya memberikan segalanya untuk dirinya selama ini. Tidak ada satu pun pertanyaan yang bisa mewakili kegelisahannya saat ini.

Berdiam diri dan terus memikirkan hal yang belum pasti kebenaranya hanya membuat setan semakin bebas bereaksi dengan membisikkan hal-hal buruk kedalam hati hingga membuat kita semakin menaruh prasangka yang buruk, Adlet benar-benar tidak ingin itu terjadi, Adlet sadar bahwa selama ini dia bukanlah seorang muslim yang taat seperti Aslan sahabatnya yang tidak pernah tinggal sholat subuh berjamaah di masjid, bahkan sampai menjadi penghapal Al-qur’an hingga menjadi guru mengaji.

Di tengah-tengah kehidupan dunia yang begitu menggoda, masih ada pemuda luar biasa yang tetap teguh menjalankan perintah agamanya. Itu membuat Adlet sadar, bahwa selama ini dia begitu cemburu dengan sahabatnya itu. Cemburu akan kesetiaan Aslan pada Tuhannya, pada Rasulnya dan pada Al-Qur’an, itu membuatnya sadar keberadaanya tidak akan sebanding dengan itu semua.

Adlet beranjak dari tempat tidurnya yang begitu memanjakkan dirinya selama ini hingga ia lupa bahwa kesenangan yang ia rasakan selama ini hanyalah kesenangan semu yang membuatnya buta. Ada tempat yang lebih baik yang suatu saat nanti akan dia datangi, sebuah tempat yang abadi.

Adlet membasuh wajahnya, membiarkan air segar mengalir membasuh tubuhnya yang penuh noda. Jantungnya berdebar kencang, ada perasaan sedih dan juga damai disaat yang bersamaan, perasaan luar biasa yang tidak bisa ia katakan.

Adlet memulai sholat tahajudnya dengan niat dan takbir, berusaha khusyuk dan menyerahkan jiwanya sepenuh hati pada sang pemilik kehidupan. Adlet merasakan perasaan damai dan bahagia yang tidak pernah ia rasakan seumur hidupnya, ia menyesal mengapa selama ini ia menyiakan hal yang sangat luar biasa seperti ini. Mengapa selama ini ia tidak sadar bahwa satu-satunya yang ia butuhkan hanyalah Allah.

Lihat selengkapnya