When I Fall in Love

Fani Fujisaki
Chapter #2

2. Dekat

Dengan selalu menjadi pembaca doa ketika upacara bendera dan mau menjadi imam saat sedang salat di mushola sekolah, Ilham dikenal oleh semua guru plus semua murid sebagai siswa yang sangat mematuhi agama.

Tapi sesungguhnya alasan Ilham rutin diminta melakukan dua tugas itu sampai menjadi siswa populer adalah karena suara yang dimilikinya. Suara serak yang lembut didengar telinga saat Ilham melafalkan ayat-ayat suci Alquran sudah menjadi semacam candu, terutama bagi kaum hawa.

Ada banyak perempuan yang kagum, suka, senang, sampai berharap bisa menjadi pacar bahkan istri masa depan Ilham. Tapi berhubung Ilham tidak mau menyentuh perempuan secara sembarangan sampai terasa sulit didekati, belum ada yang terlihat berhasil melakukan pendekatan.

Justru karena sifat itulah Ilham dipandang sebagai cowok berkelas yang semakin membuat banyak perempuan geregetan.

Selama ini tidak ada satu pun perempuan yang mendapat perhatian lebih dari Ilham. Ilham mana mungkin mau melakukan basa-basi tidak penting pada perempuan.

"Ana juga baru datang ya?"

Wajar Ana merasa bingung dan terperangah mendapat teguran dari Ilham yang mengajukan pertanyaan retoris. Sekarang kan Ana sudah berada di sekolah dan sedang berjalan menuju parkiran, sangat jelas apa jawabannya kan?

Memang setelah kegiatan uji nyali kemarin, Ana ingin mulai berteman dengan Ilham. Tapi tidak disangka Ilham yang justru menegurnya duluan.

Ilham berjalan mendekat kemudian sedikit menunduk untuk menyamakan pandangan dengan Ana, "Kok bengong?"

Ana langsung mengalihkan pandangan untuk menutupi rasa terkejutnya, "Maaf, gue belum terbiasa aja."

"Terbiasa dengan apa?"

Terbiasa dengan Ilham yang mengajaknya bicara duluan. Cowok ini seperti sengaja keluar dari zona amannya hanya untuk melakukan interaksi dengan Ana. Kan jadi merasa bersalah, "Bukan apa-apa. Gimana kalau kita langsung ke kelas aja?"

Meski tahu Ilham masih menunjukkan raut ingin tahu, Ana langsung mengarahkan kakinya berjalan menuju ke dalam bangunan sekolah.

Memang selama ini ada banyak jenis teman cowok yang Ana punya di sekolah. Dari badboy, troublemarker, playboy, sampai yang memiliki wajah manis. Tapi beda ya jika si cowok punya sifat alim?

Hanya dengan jalan beriringan saja sudah membuat serba salah. Kemarin Ana juga merasakan hal yang sama, tapi kini semakin bertambah dengan adanya beberapa orang yang memperhatikan dengan pandangan bingung.

Jelas bingung, mereka kan memiliki sifat yang begitu bertolak belakang. Yang satu tidak mudah dekat dengan perempuan, yang satu lagi justru mudah dekat dan punya banyak teman laki-laki. Ana merasa aneh dengan situasi ini, "Ngomong-ngomong, hari ini kita piket bareng kan?"

"Iya, kita kebagian yang setelah jam pulang ya?"

Lihat selengkapnya