When I Fall in Love

Fani Fujisaki
Chapter #16

16. Kencan?

Karena dianggap sebagai calon suami idaman oleh sebagian besar siswi di sekolah, media sosial Ilham sudah menjadi sasaran stalker. Para siswi itu bahkan selalu mencoba mencari tahu mengenai nomor ponsel Ilham dengan berbagai macam cara.

Sedangkan Ana, sejak pertama masuk SMA dengan sangat mudah sudah mengetahui nomor ponsel Ilham yang asli, tapi dia tidak pernah punya keinginan untuk menghubungi.

Walau sudah disuruh menghubungi saat tidak ada keperluan penting pun, Ana tetap tidak mau melakukannya. Dia justru memilih menjadi stalker media sosial Ilham.

Jadi di hari Sabtu saat sekolah libur, Ana memutuskan melihat-lihat semua media sosial yang Ilham punya memakai laptop miliknya.

Ana sebelumnya tidak pernah sekurang kerjaan dan seiseng ini, tapi berhubung Ilham terus mengusik pikirannya, Ana ingin mengetahui aktivitas dunia maya yang dilakukan Ilham.

Isi postingan di semua media sosial Ilham ternyata tidak jauh-jauh dari bisnis kue yang dijalankan ibunya, nyaris tidak ada foto diri sendiri yang di upload. Ana baru sadar mengenai ini.

“Apa dia tipe yang tidak terlalu suka menjelajahi internet?” gumam Ana yang heran sendiri setelah menemukan ada remaja seumurannya yang bisa tidak terlalu ketergantungan media sosial.

Pandangan Ana beralih ke ponselnya yang tiba-tiba berbunyi, ada chat masuk. Nama pengirimnya membuat Ana mengernyit bingung. Ilham.

'Lo hari ini sibuk gak An?'

Ana sudah mengerjakan semua tugas sekolah, karena tidak ada yang bisa dikerjakan lagi, sekarang dia iseng membuka media sosial Ilham. Cukup mengagetkan yang bersangkutan sekarang menghubungi seolah mengetahui yang sedang Ana lakukan.

Hanya melihat-lihat media sosial milik orang lain seharusnya tidak bisa diketahui kan? Dan lagi Ilham tidak terlihat sedang online. Pesan WA ini dapat dipastikan kebetulan saja dikirim saat Ana lagi kepo begini.

Ana mengambil ponsel miliknya untuk membalas chat, "Gue lagi sibuk mikirin lo, Il."

'Nggak, emang kenapa?'

Tapi apa yang Ana ucapkan berbeda dengan yang diketik. Sejak awal Ana tidak bisa mencoba berbuat iseng pada cowok ini, padahal dengan teman cowok yang lain Ana bisa saja saling bercanda dengan memanggil pakai kata sayang. Sedangkan dengan Ilham tidak bisa, dan tidak mungkin mau Ana lakukan.

Setelah menjawab chat, perhatian Ana kembali tertuju pada layar laptop yang sedang menampilkan foto Ilham, "Kenapa gue jadi buka-buka foto Ilham sih?"

Ana menutup semua media sosial yang sempat dibukanya, kalau terus-terusan melakukan ini yang ada dia bisa semakin suka pada Ilham.

'Mau nonton bareng?'

Tangan Ana mengucek-ngucek matanya, merasa salah membaca balasan Ilham. Dia benar-benar diajak nonton sama Ilham? Ini serius? Ponsel Ilham tidak sedang dibajak orang lain kan?

Tapi jika memang ada orang lain yang ingin mengerjai Ana memakai ponsel Ilham, yang dikirim tidak mungkin tanggung-tanggung mengajak jalan begini. Yang dikirim pasti kalimat to do point seperti 'gue suka sama lo An'.

'Sekarang? Emang mau nonton sama siapa aja?'

Meski ada rasa bingung, Ana memilih menanyakan ajakan lebih lanjut. Lagian ini bukan pertama kalinya dia diajak nonton sama cowok. Beberapa teman sekelas dan para anggota basket pernah mengajaknya, bahkan sampai dibayarin segala.

'Kita berdua aja. Abis ashar gue jemput, bisa?'

"Kok berasa diajak kencan sih?" Ana meletakkan ponselnya di atas meja agar tidak lagi melihat chat yang Ilham kirim.

Ana mencoba menenangkan diri agar tidak histeris dan kembali ke pemikiran awal, ponsel Ilham sudah pasti sedang dibajak!

'Ini Ilham?'

'Kan lo udah save nomor gw, kok masih tanya?'

'Benar? Hp Ilham lagi gak dibajak kan?'

Lihat selengkapnya