Setiap orang pasti memiliki masa lalu yang ingin selalu diingat, dan juga masa lalu yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Begitu juga dengan Ilham Ibrahim, banyak yang merasa penasaran dengan bagaimana sifat Ilham sebelum masuk pesantren. Tapi jika ada yang bertanya, jawaban yang dipilih Ilham selalu sama, "Nggak ada yang spesial kok."
Karena menurut Ilham sendiri masa lalunya tidaklah menarik, tak ada suatu perubahan yang sangat drastis. Jadi dia menolak bercerita macam-macam.
Tapi saat muncul seseorang dari masa lalu Ilham, beda lagi ceritanya.
"Ilham!!"
Semua anak kelas XI - PH menunjukkan raut wajah bingung melihat ada cowok yang mendadak muncul setelah guru keluar dari kelas.
Karena namanya yang dipanggil, Ilham memperhatikan cowok yang melambaikan tangan ke arahnya dengan teliti, dia butuh waktu untuk mengingat, "Ah, Alfi!"
Yang dipanggil Alfi terlihat senang, "Gue kangen bangat sama lo, Il. Sini peluk."
"Ogah!"
Alfi tertawa karena candaannya ditanggapi serius, "Ternyata lo benar-benar sekolah di sini ya? Gue senang bisa ketemu lo lagi."
Ilham berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekati Alfi yang masih berdiri di ambang pintu kelas, "Gue yang seharusnya kaget tahu ngeliat lo sekolah di sini."
"Gue pindah sekolah waktu lo lagi PKL. Gue udah dengar tentang lo dari anak-anak sekelas, jadi gue langsung nyamperin deh."
Ilham tersenyum senang melihat tidak ada banyak perubahan dalam diri Alfi, temannya ini masih penuh semangat seperti dulu, "Tapi nggak harus dateng ke sini saat bel pulang baru bunyi juga, Fi."
Alfi menunjukkan wajah cemberut, "Ah, lo mah dingin bangat, kan kita udah nggak pernah ketemu sejak lo mau masuk pesantren."
Memang sejak masuk pesantren sampai keluar, Ilham belum pernah bertemu lagi dengan semua temannya semasa kecil hanya karena masalah Yudha. Banyak di antara mereka yang terang-terangan menjauh, mencibir, meledek tanpa perasaan, langsung menyamakan Ilham dengan Yudha, dan sebagainya.
Hanya tersisa dua orang yang tidak peduli dan tetap mau berteman dengan Ilham tanpa memedulikan permasalahan Yudha. Salah satu di antaranya adalah Alfi, "Gimana gue setelah masuk pesantren? Udah kelihatan kayak cowok alim belum?"
Alfi tertawa, senang melihat beberapa sikap temannya ini tidak berubah, "Mau pamer lo karena udah jadi cowok alim?"
Ilham cemberut, kan jarang-jarang memiliki kesempatan membanggakan diri tanpa dapat komentar negatif, "Gue kan cuma bisa pamer sama lo."
"Jadi lo masih mau temenan sama gue nih?"